Hari demi hari pun berlalu, Jaehwan tak main-main mengenai persiapan pernikahannya yang hanya tinggal memilih cincin dan gaun pernikahan saja. Dan hari ini Jaehwan berjanji untuk mencari cincin pernikahan bersama setelah Tan pulang kuliah.
Tan menelfon Jaehwan saat kelasnya hari ini telah usai.
"Halo? Mas Jae dimana? Jadi nyari cincin gak?"
"Aku telfon nanti."
Tut
Tan mengernyit heran. Tak biasanya Jaehwan mengabaikannya seperti ini. Jika Jaehwan sedang benar-benar sibuk, ia pasti akan meminta maaf pada Tan.
"Kau tak pulang? Mana om-mu?" tanya Felix.
"Sedang sibuk."
"Kau yakin ia sibuk?"
"Maksudmu?" tanya Tan bingung
"Apa hubunganmu dan om-mu baik-baik saja?"
"Tentu. Memangnya kenapa?"
"Ahh. Aku melihatnya bersama wanita kemarin, mungkin hanya rekan bisnisnya, sudahlah lupakan. Aku duluan ya."
"Oke."
Tan berjalan menuju halte menunggu bis yang mengantarkan dirinya ke apartemennya, apartemen milik Jaehwan lebih tepatnya. Namun tiba-tiba ia teringat dengan tugasnya yang harus dikumpulkan lusa belum ia kerjakan, karena Tan berpikir ia akan bosan di apartemen, ia melangkahkan dirinya menuju cafe favoritnya.
"Selamat siang, mau pesan apa?" tanya pelayan dengan ramah.
"Ice coffee latte dan waffle."
"Tunggu sebentar, nona."
Selama menunggu, Tan hanya memainkan handphonenya berharap setidaknya satu notifikasi dari Jaehwan, tapi nyatanya tak ada yang muncul.
Setelah ia ingat kembali, Jaehwan yang sekarang sering mengabaikannya, Jaehwan jarang menjemput Tan kuliah, Jaehwan juga jarang menanyakan kabar Tan.
Saat pesanannya sudah siap, Tan membayarnya dan membawanya ke meja di pojok kafe, tempat favoritnya.
Tan mulai membuka tumpukan buku dan mengerjakan tugasnya sembari memakan waffle yang telah ia beli.
"Tugas dari dosen Park memang yang paling sulit." gumam Tan.
Tan melihat-lihat sekitar kafe untuk beristirahat sejenak dari tugasnya, lehernya terasa sakit karena terus menunduk, pandangan Tan terhenti pada sepasang pria dan wanita yang sedang makan siang bersama dengan mesra. Tan mengenal dengan baik pria itu. Ya, dia Kim Jaehwan, calon suaminya. Tapi, Jaehwan dengan siapa? Kenapa mereka bertingkah sangat mesra seperti itu? Bahkan Jaehwan tak ragu mengecup bibir wanita itu di tempat umum. Jaehwan telah mengabaikannya dan kini ia sedang bermesraan dengan wanita lain.
Tan tidak gegabah, ia tak mau Jaehwan marah karena Tan menuduh yang tidak-tidak. Dalam hati Tan ingin menangis. Ia tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Hanya Jaehwan yang menjadi sandarannya. Apa wanita itu alasan Jaehwan mengabaikannya selama ini? Seketika ia teringat dengan perkataan Felix tadi, apa dia wanita yang Felix lihat sedang bersama Jaehwan?
Posisi Tan yang berada di pojok kafe membuat Jaehwan tidak bisa melihat Tan, suatu keberuntungan untuk Tan.
Tan segera membereskan buku-bukunya saat ia melihat Jaehwan dan wanita itu melangkah bergandengan tangan keluar kafe. Namun kejaran Tan terhenti karena mereka telah melaju dengan mobil mewah Jaehwan.
Tan memilih untuk berjalan kaki pulang ke apartemennya. Selama perjalanan, Tan tetap berusaha untuk menenangkan dirinya dengan menanamkan pikiran positif.
"Tenang Tan, tenang. Mungkin Mas Jae sama rekan bisnisnya," gumam Tan pada dirinya sendiri.
Namun, jika mereka hanya rekan bisnis, mengapa mereka terlihat sangat mesra? Tan sudah kalut dengan pikirannya.
"Apa besok aku ke kantornya aja ya? Aku bisa sekalian masak makan siang buat Mas Jae,"
.
Keesokan harinya, Tan siap berangkat dari kampus menuju kantor Jaehwan, beruntung hari ini ia kuliah pagi, jadi ia sempat untuk makan siang bersama calon suaminya itu.
Tan menghentikan taksi dan memberikan alamat ke kantor Jaehwan pada supir. Di dalam hati, Tan sudah merangkai pertanyaan yang akan ia tanyakan pada Jaehwan, siapa wanita itu? Apa hubunganmu dengan wanita itu? Apa aku berbuat salah? Apa aku mengecewakanmu hingga kau dengan tega berselingkuh dariku? Tan terlalu sibuk berpikir hingga tak sadar ia telah sampai di kantor Jaehwan. Tan segera membayar ongkos taksi dan berjalan memasuki kantor Jaehwan. Di jam makan siang seperti ini, karyawan banyak berlalu-lalang di luar kantor, karyawan-karyawan Jaehwan terlihat kaget melihat Tan dan tersenyum setelahnya.
Sebagian besar karyawan Jaehwan memang paham siapa Tan. Tak jarang Jaehwan mengumbar kemesraan di depan karyawan-karyawannya hingga Jaehwan menjadi bahan omongan mulai dari Jaehwan yang dianggap pedofil hingga topik mengenai kemesraan mereka berdua yang membuat iri.
Saat Tan akan melanjutkan langkahnya menuju pintu utama kantor Jaehwan, ia melihat Jaehwan sedang berjalan keluar sembari berbincang bersama wanita yang sama dengan yang ia lihat di kafe. Rasanya sakit, sangat sakit, satu-satunya pria yang ia percaya di dunia ini menyakitinya. Air mata yang sedari tadi Tan tahan, kini menetes tak tertahan. Tan memegangi dadanya yang nyeri. Untuk bernafaspun rasanya sulit, sangat sulit.
Tan sadar ia harus meminta penjelasan Jaehwan atas semua ini. Tan berjalan mengejar Jaehwan. Betapa terkejutnya saat Tan melihat truk melaju kencang ke arah Jaehwan yang sedang berpelukan dengan wanita itu. Tidak, Tan tak mau kehilangan prianya, pria yang sangat dicintainya, satu-satunya pria yang ada di hatinya, pria yang selalu ada saat masa sulitnya.
"MAS JAE AWAAS!!"
Tan berlari ke arah Jaehwan yang sedang bermesraan dengan wanita lain dan mendorong punggung Jaehwan dan wanita itu.
BRAKKK
Truk melaju kencang menghantam tubuh Tan.
"NONA TANN!" seru seorang karyawan Jaehwan.
Jaehwan hanya bisa terdiam. Masih tak percaya apa yang barusan terjadi.
Gadisnya,Gadisnya terluka sekarang,
Tidak, gadisnya sudah terluka sejak dua bulan yang lalu, dan Jaehwan yang membuat luka itu.
Belum luka di tangan Tan sembuh, Jaehwan sudah mengukir luka lagi dihatinya, dan sekarang bertambah parah.
"Sayang? Bangun? Hm? Ayo sayang bangun. Ayo. " ucap Jaehwan setelah memeluk tubuh Tan yang tak sadarkan diri.
Darah ada dimana-mana, wajah cantik Tan seolah tertutup dengan darah. Tubuh Tan seolah dimandikan dengan darah.
Jaehwan tak bisa menahan tangisnya, ia merasa sangat bersalah sekarang. Ia menyakiti gadis polos yang tulus mencintainya hanya karena wanita materialistis yang menawarkan lubangnya pada seluruh pria kaya. Jaehwan baru menyadari kesalahannya saat Tan telah terluka.
"MINGGIR!!"
Tubuh Tan diangkat oleh petugas ambulance dan Jaehwan ikut mendampingi Tan di dalam ambulance.
Jaehwan hanya memandangi wajah Tan usai dibersihkan dari darah. Tan terlihat sangat cantik saat ini. Bahkan saat berlumuran darah sekalipun.
"Maafkan aku, sayang. Maafkan aku."
Jaehwan menggenggam tangan Tan.
"Maaf, aku salah. Maaf sayang."
![](https://img.wattpad.com/cover/135080388-288-k978161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018