33

9.1K 580 46
                                    

Waktu kelahiran buah cinta Jaehwan dan Tan tinggal menghitung hari, setiap tengah malam, Tan pasti terbangun dan merenungkan keadaan ia dan bayinya, dokter memang menyatakan bahwa mereka berdua sehat dan normal, namun tetap saja Tan khawatir, tak ada yang bisa mengetahui rencana Tuhan, ia takut tak bisa berjumpa dan merawat anak mereka setelah melahirkan, ia takut akan meninggalkan Jaehwan sendirian bersama anak mereka.

"Sayang, memikirkan apa sih? Sudah satu minggu kau selalu terbangun seperti ini, ada apa? Ceritakan padaku," ucap Jaehwan lembut sembari memeluk istrinya dari belakang, ia mengusap perut Tan yang semakin membesar.

Tan menggeleng pelan, "Nggakpapa kok, mas."

"Bohong,"

"A-aku cuma, takut," lirih Tan lalu menghela napas kasar, "Aku takut ninggalin mas dan anak kita," ucap Tan, ia menghapus air mata yang jatuh begitu saja dari indra penglihatannya.

"Kau bicara apa sih, sayang? Hm?"

Jaehwan berpindah tempat agar ia bisa menatap mata istri cantiknya.

"Dengarkan aku, aku paham perasaanmu, aku juga sama takutnya denganmu. Aku selalu disini, di sampingmu, aku akan terus menggenggam tanganmu agar kau tak bisa pergi dariku. Sayang, aku mohon, kau harus kuat untuk aku, untuk anak kita, untuk semua orang yang menyayangimu, aku percaya kau pasti bisa, kau bisa melewatinya, sayang." ucap Jaehwan menyakinkan Tan.

Tan menangis di pelukan Jaehwan. Jaehwan mengelus punggung istrinya agar wanita kesayangannya itu tenang, "Jangan menangis, nanti anak kita bangun,"

Tan langsung menuruti perkataan Jaehwan.

"Jangan pergi, mas. Jangan tinggalin aku sendirian," ucap Tan sembari memandang suaminya.

"Iya sayang, ayo tidur, kau harus istirahat yang cukup," ucap Jaehwan lalu mengelus punggung Tan agar is bisa tertidur.

"Jangan takut, aku disini, sayang."

.

"Sayang, maaf hari ini aku ada rapat, aku tak bisa pulang sore," ucap Jaehwan saat hendak berangkat menuju kantor.

"Aku bakal kangen dong," ucap Tan sembari memeluk Jaehwan.

Jaehwan membalas pelukan Tan sembari menciumi rambut halus dan wangi kesukaannya, "Maaf sayang, nanti mau aku belikan apa? Hm?"

"Maunya mas Jae pulang cepet," rengek Tan.

Jaehwan mencium pipi Tan, "iya nanti aku usahakan bisa makan malam di rumah," ucap Jaehwan lembut.

"Hati-hati ya, mas."

"Iya sayaang."

Tan tersenyum pada Jaehwan yang hendak melajukan mobil mewahnya dan kembali meringis memegangi perutnya yang menegang.

Tan telah merasakan hal ini sejak subuh tadi, namun Tan tak berani bilang pada Jaehwan karena Jaehwan telah mengatakan padanya kalau hari ini ia ada rapat penting.

Tan melangkah masuk ke rumah lalu duduk di sofa ruang keluarga, lima menit kemudian ia bangun dan menuju kamar mandi, padahal saat sebelum mengantar Jaehwan sampai pintu rumah tadi ia sudah buang air. Tan semakin yakin bahwa hari ini adalah hari kelahiran anaknya karena dokter Ha pernah bilang bahwa mendekati kontraksi, Tan akan lebih sering ingin buang air karena kepala bayi akan semakin menekan kebawah. Tan berusaha tenang saat ia melihat bercak merah di celana dalamnya, ia berjalan menuju kamar dan mengambil koper berisi barang persiapan ia melahirkan. Tan berjalan keluar menuju garasi sembari menarik kopernya, dalam hati Tan membatin kenapa harus saat seluruh maid di rumahnya sedang libur?

"Pak, ke rumah sakit yang biasa ya,"

"Loh? Nyonya mau lahiran?"

Tan mengangguk, "Jangan kasih tau Tuan ya, pak. Nanti saya aja yang ngabarin."

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang