"Sayang, lihat dasi merah tidak?"
"Dasi merah yang apa mas? Mas kan punya 12 dasi merah," ucap Tan sembari sibuk bergerak dengan telaten memakaikan popok anaknya.
"Yang garis-garis biru," ucap Jaehwan.
"Cari di laci dasi yang digulung, mas. Kemarin aku taruh disitu,"
"Tidak adaa, sudah kucariii," rengek Jaehwan yang sebenarnya tengah cemburu karena diduakan oleh anaknya sendiri.
Tan menghela napas, "Iya aku cariin, mas kancingin baju Jaeno ya," pinta Tan, Jaehwan mengangguk antusias lalu berjalan mendekati putranya dengan riang, "Jaee sama ayah dulu ya," ucap Jaehwan yang disambut oleh pekikan senang dari Jaeno.
Jaehwan mengancing baju anaknya sesuai dengan perintah istrinya lalu ia menggendong Jaeno dengan perlahan, Jaehwan yang sekarang sudah berani menggendong anaknya usai ia terkena omelan dari ibunya,"Kamu sama Tan itu lebih capek Tan, kalau kamu gendong aja nggak bisa, nanti istri kamu cari pria lain yang bisa bantu dia ngurus anak gimana? Ha?!"
Jaehwan bergidik ngeri jika mengingat ucapan menohoq ibunya.
"Yaaahh, yaayaahh," rancau Jaeno.
Jaehwan tertawa gemas, "Iya kenapa sayang? Jaeno mau minta apa? Mau sepeda? Mau mobil? Atau mau rumah baru?"
"Ini apa?" ketus Tan sembari menyodorkan dasi merah pada Jaehwan.
Jaehwan mengalihkan pandangannya pada Tan dan meringis, ia meletakkan anaknya di box bayi lalu memeluk pinggang istrinya, "Pakaiikaaann," rengek Jaehwan, Tan menghela napas dan membuka lipatan kerah kemeja pria tembam dihadapannya.
"Mas, aku lagi ngurus anak kamu loh, kamu udah besar udah bisa ngurus diri, masa pake dasi sendiri aja ngga bisa? Kamu harus ngalah sama Jaeno, sayang, lagian kalo Jaeno udah tidur juga aku ngurusin kamu terus kan?"
Jaehwan tersenyum senang melihat istrinya yang tetap memakaikannya dasi walau tengah repot mengurus bayi mereka ditambah dirinya yang kelewat manja. Tan mengecup bibir Jaehwan lalu pergi menghampiri Jaeno yang tengah mengoceh sendirian, sedangkan Jaehwan bergegas menuju meja kerjanya untuk merapihkan berkas yang harus ia bawa.
"Mas, sini sarapan dulu," panggil Tan.
"Iya sayang,"
Jaehwan melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Dari jauh, ia melihat istrinya sedang sibuk menata makanan sambil menggendong putranya, Tan dengan sabar meladeni ocehan-ocehan Jaeno yang kini berumur 6 bulan. Jaehwan tersenyum, ia merasa sangat bersyukur dengan kehidupannya saat ini.
"Sayang, kau sungguh tidak membutuhkan babysitter? Hm?" ucap Jaehwan memeluk istrinya dari belakang.
"Nggak perlu, mas. Aku bisa kok ngurus Mas Jae dan Jaeno sendirian, lagian kan udah ada 16 maid buat ngurusin rumah."
Tan menghentikan sejenak pergerakannya, "Aku nggak ngurusin mas dengan baik ya?" tanya Tan.
"Bukan begitu, aku hanya takut kau kelelahan karena sibuk mengurusku dan Jaeno sendiri, sayang." Jaehwan melepas pelukannya dan mencium bibir istrinya.
"Jangan sampai sakit,"
Tan mengangguk dan tersenyum hangat.
"Nanti siang ke kantorku ya, bawa Jaeno juga,"
Tan mengangguk, "Mau dibawain apa, sayang?"
Jaehwan menggeleng pelan, lalu merangkul pinggang Tan untuk duduk bersamanya di meja makan.
"Tak perlu bawa apapun, yang penting kau dan Jaeno sampai kantorku dengan selamat. Ingat, pergi dengan supir," ucap Jaehwan.
Tan mengangguk mengiyakan perintah Jaehwan,"Kok tumben, biasanya minta dimasakin ayam, hm?"
"Itu- aku mau diet," lirih Jaehwan.
Tan membaringkan Jaeno pada box bayi kecil di sampingnya, Jaehwan memang meletakkan box bayi yang nyaman nan mahal di seluruh ruang dengan maksud memudahkan istrinya saat melakukan aktivitas, sebegitu royal fasilitas yang Jaehwan berikan untuk istri dan anaknya.
"Mas beneran mau diet? Hm?"
Jaehwan mengangguk, "Boleh kan?"
"Aku sih nggak ngelarang mas diet, tapi Mas Jae punya banyak aktivitas, mas harus kerja pulang malem, di rumah juga kerja lagi, terus main sama Jaeno, belum lagi mas harus mikirin urusan perusahaan yang lain, mas yakin?" ucap Tan dengan lembut sembari menggenggam tangan suaminya.
"Yakin, sayang. Aku tak mau kau berpaling dariku karena aku gendut,"
"Aku juga nggak mau mas berpaling dari aku karena mas jadi ganteng nanti, mas gendut aja ganteng, apa lagi kurus," ucap Tan sembari mengerucutkan bibirnya.
"Jadi aku tak boleh diet? Hm?"
"Boleh kok, terserah mas,"
Jaehwan tersenyum geli mendengar Tan yang mengiyakan keinginannya walau bibirnya masih cemberut gemas membuat Jaehwan ingin melumatnya.
"Baiklah, aku tak jadi diet,"
Tam beralih dari duduknya menuju pangkuan Jaehwan, Tan menciumi bibir suaminya berkali-kali.
"Gapapa kalau mas jelek, biar yang suka cuma aku, jangan yang lain,"
![](https://img.wattpad.com/cover/135080388-288-k978161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018