32

9.6K 594 98
                                        

"Jadi laki-laki, dok?!"

Jaehwan memekik senang saat dokter menyatakan bahwa jenis kelamin anak yang ada dalam kandungan Tan laki-laki.

Tan ikut senang melihat suaminya ini menunjukkan raut wajah bahagia, Jaehwan juga terlihat sangat senang saat melihat anaknya dari monitor.

Saat Jaehwan melihat detak jantung anaknya dahulu, ia tak henti-hentinya menciumi Tan setelah sampai di rumah, ia sangat bahagia.

Dokter Ha mengangguk pasti, "Iya laki-laki, lihat ini kelaminnya,"

Jaehwan tersenyum lebar saat dokter mengarahkan panah pada monitor, "Bayinya aktif sekali ya,"

"Iya dok, dia bergerak terus,"

Dokter Ha merapihkan baju Tan dan mengarahkannya untuk duduk di meja dokter. Jaehwan menggandeng istrinya dengan erat.

"Karena bayinya sangat aktif, pasti nyeri kan saat bayinya bergerak? Harus kuat ya, dan juga jangan lupa harus selalu makan makanan bergizi, dan juga olahraga yang ringan saja ya,"

Jaehwan mendengarkan dengan baik apa yang dokter katakan.

"Iya dok,"

"Istrinya dibikin happy terus ya, pak." ucap Dokter Ha mengalihkan pandangannya pada Jaehwan.

Jaehwan hanya mengangguk. Setelah pemeriksaan selesai, jantung Jaehwan terpacu saat mereka berjalan menuju parkiran, Jaehwan bahkan menawarkan istrinya untuk menaiki kursi roda atau ia gendong karena ia terlalu khawatir dengan Tan.

"Sayang, jarak dari sini sampai parkiran itu jauh, pasti berat membawa anak kita sejauh itu, iya kan? Aku gendong saja ya?" ucap Jaehwan sembari merangkul istri cantiknya itu.

"Aku bisa, mas. Lagian kan aku juga harus olahraga, inget kan tadi kata dokter?"

Jaehwan menghela napas pasrah, Tan memeluk lengan kiri suaminya.

"Hati-hati, sayang."

"Sayang, pelan-pelan saja,"

"Jangan cepat-cepat jalannya,"

"Awas ada tangga,"

"Sayang itu ada batu di depanmu hati-hati,"

Jaehwan terus memperingatkan Tan membuat Tan kesal sendiri.

"Aku bukan orang buta, mas. Aku hanya hamil," ucap Tan saat mereka telah sampai di parkiran.

Langkah mereka terhenti di depan mobil Jaehwan.

"Hanya? Hanya hamil kau bilang?" ucap Jaehwan tak percaya.

"Bukan, bukan gitu maksud aku, mas. Aku tau Mas Jae khawatir tapi ini berlebihan mas,"

"Kau tak tau betapa besar rasa takutku kehilanganmu, Lee Tan." lirih Jaehwan.

Tan meraih tangan Jaehwan dan menggenggamnya. Ia tau Jaehwan benar-benar tak ingin kehilangannya terbukti dengan Jaehwan memanggil marga aslinya, Jaehwan tak memanggil dirinya Kim Tan seperti biasanya.

"Maaf," Tan meraih tengkuk Jaehwan dan mencium bibirnya dengan lembut.

Tan mengusap rambut Jaehwan lalu beralih pada pipi Jaehwan.

"Aku sehat, bayi kita sehat, kami baik-baik aja, maaf aku nggak pernah ngertiin rasa khawatirnya Mas Jae,"

Tan lebih memilih untuk menikmati rasa khawatir itu sekarang, daripada ia dan Jaehwan harus terlibat dalam keadaan seperti ini, anak mereka sangat tidak menyukainya, ia terus menendang dari tadi.

Tan membawa tangan Jaehwan untuk diam di perutnya, "Mas ngrasain kan?"

Jaehwan tersenyum lebar lalu mengecup bibir istrinya, "Sayang, jangan buat mama kesakitan, ya,"

Tan tertawa gemas saat Jaehwan dengan imutnya menempelkan pipi tembamnya di perut Tan.

"Mas, aku dikabarin kak Nana katanya Om Guanlin buka kafe baru ya?"

"Iya, ayo kita kesana,"

Tan mengangguk menurut pada Jaehwan.

"Om Guanlin tambah ganteng ya, mas, apalagi rambutnya blonde kaya gitu."

Jaehwan seketika mengerucutkan bibirnya terlebih saat ia melihat istrinya terus memandangi Guanlin yang memang terlihat sangat tampan dengan baju casualnya, padahal Guanlin sedang berjejeran dengan istri dan anaknya.

"Jangan bilang Guanlin tampan, aku tidak suka!" teriak Jaehwan membuat seluruh isi cafe mengalihkan perhatiannya pada Jaehwan.

"Ihh, Mas Jae!" omel Tan.

Biasanya Tan tak akan berani mengomeli Jaehwan saat ia sedang cemburu, namun kali ini Tan mempunyai senjata khusus jika Jaehwan marah, Tan akan sibuk berkutat di dapur dan akhirnya membuat Jaehwan tidak jadi marah karena ia khawatir pada Tan.

"Sayaaang, aku itu cemburuu, aku tidak suka kau memuji pria laainnnn," rengek Jaehwan.

"Seganteng-gantengnya Om Guanlin aku nggak akan berpaling kok, bayiii. Gemes deh sini cium dulu pipinya,"

Tan mendekat pada Jaehwan dan menciumi pipi Jaehwan hingga memerah.

"Tantee!" panggil Linna, anak Guanlin dan Nana.

Tan memeluk keponakan cantiknya, "Hei, sayaang."

"Tante, Om Jaehwan kok tadi teriak? Linna kalau teriak pasti dimarahin Papi Linlin soalnya berisik, ganggu papi sama mami bikin adik," ucap anak berumur 8 tahun itu dengan polos.

Tan tersenyum canggung pada Linna, "A-ahh, Linna nggak boleh teriak soalnya nanti tenggorokan Linna jadi sakit,"

"Gitu ya tante,"

"Iya sayang,"

Linna mengelus perut besar Tan, "Dede lahirnya kapan, tante?"

"Masih dua bulan lagi," ucap Tan tersenyum.

"Linna, bisa tolong ambilkan Om minum?" ucap Jaehwan.

Linna mengangguk lalu berlari dengan riang menuju meja berisikan puluhan minuman.

"Setelah ini, kita temui Guanlin dan langsung pulang," ketus Jaehwan.

"Iya bayii,"

"Nanti malam aku buktikan kalau aku bukan bayi," bisik Jaehwan.

🌚🌚🌚

Ada yg bisa tebak umurku berapa?

Kalian semua umur berapa?

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang