27

10.3K 624 18
                                        

Tan sudah cantik dan segar sekarang ini, ia sudah mandi dan juga sudah berhasil membangunkan suami manja nya, ia berjalan mendekati ibu mertuanya yang sedang sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan.

"Ibu, aku bantu masak ya,"

"Tak perlu, sayang. Sana kau bermalas-malasan saja di kamar,"

"Aku tidak suka, ibu. Aku terbiasa bekerja saat di rumah. Biarkan aku membantu ya, bu." pinta Tan.

"Iyaa, baiklah baiklah, tapi kau tidak boleh kelelahan, mengerti?"

Tan mengangguk.

"Terimakasih ibuku sayang,"

Ibu Jaehwan tersenyum senang mendengar menantunya ibu memanggilnya seolah ia ibu kandungnya, sebenarnya terselip rasa sedih mengingat Tan tak mempunyai orang tua lagi, pasti Tan sangat merindukan kedua orang tuanya.

"Sekarang bisa kau bantu ibu mengambil tomat di kulkas, sayang?"

Tan mengangguk lalu berjalan menuju kulkas. Belum ada tiga langkah, tangan ibu Jaehwan menahannya.

"Tunggu. Mengapa cara berjalanmu seperti itu, sayang?"

"A-ah itu,"

Tan gelagapan saat ibu Jaehwan bertanya padanya, ia bingung harus menjawab apa, apakah ia harus menjawab jujur bahwa ini karena ulah Jaehwan?

"Kakimu sakit? Hm? Atau karna-"

Ibu Jaehwan menunda ucapannya,

"Ahh, ibu tau sekarang, KIM JAEHWAN! KEMARI KAU!" teriak Ibu Jaehwan.

"Kenapa sih, ibuu, pagi-pagi kenapa teriak?" sahut Jaehwan lalu berjalan menuju dapur.

"Sayaang, pakaikan dasii," rengek Jaehwan pada istrinya.

Tan dengan senang hati memakaikan dasi suaminya. Jaehwan meraih tangan Tan lalu menangkupkan tangan Tan agar menutupi telinganya saat ibunya hendak menjewer Jaehwan.

"Dasar kau ini! Istrimu sedang hamil, Jae! Memangnya pelan-pelan kau tidak bisa? Hah?!" omel Ibu Jaehwan.

"Istrimu sedang hamil muda, Jae. Tahan dulu nafsumu," ucap Ayah Jaehwan.

"Ayah, kau pasti tau perasaanku," ucap Jaehwan.

"Iya, ayah memang tau, tapi itu bisa membahayakan istri dan anakmu, Jae."

Jaehwan terdiam mendengarkan nasihat pria yang selama ini menjadi panutannya.

"Kalau kau mau melakukan itu, terserah, tapi ada batasannya Jae, ada nyawa yang harus kau jaga di dalam rahim istrimu," ucap Ibu Jaehwan.

"Iya ayah, ibu," lirih Jaehwan.

"Sekarang ayo kita sarapan," ucap Tan.

"Suaapiii," rengek Jaehwan.

Ibu Jaehwan segera menjewer anak sulungnya itu,

"Yang hamil itu kau atau Tan sih?! Kenapa malah kau yang manja hah?! Sudah makan sendiri!"

"A- iya iyaa sakit ibuu, ampun buu,"

.

"Mas Jaee, inget kan jam 10 anter aku ke nikahannya Somi?"

"Ingat, sayang. Kau sudah siap memangnya?"

"Udahh, aku kangen teman-teman aku, mas,"

"Masih jam sembilan, kau mau kesana sekarang?"

"Mas Jae ngizinin nggak?"

"Tentu, sayang."

"Yey! Terimakasih Jae-ku sayang, muaach."

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang