Flashback (10)

8.2K 446 34
                                    

Yg minta bonchap aqu kasih flashback dulu yaa, chapter ini lumayan banyak yg request, maaf kalo ga memuaskan. Hepi reading yorobuun💕

.

"Mas Jae!"

Jaehwan terkejut mendengar panggilan dari gadisnya yang kini tengah berdiri sembari tersenyum di pintu ruang kerjanya.

"Sayang? Kenapa tak mengabariku kalau mau kesini? Dengan siapa kau kesini? Aku kan bisa menjemputmu di kampus," Jaehwan berdiri dari duduknya dan menghampiri gadis yang telah mengganggu kegiatannya mengecek laporan dari sekretarisnya.

"Naik ojol," ucap Tan polos.

"Sudah kubilang berapa kali jangan pakai kendaraan umum!" bentak Jaehwan dengan mata tajam, melihat wajah polos Tan membuat Jaehwan tersadar bahwa ia telah membentak Tan, ia telah kasar pada gadisnya.

Tan berjalan mendekati Jaehwan dan menatap mata Jaehwan, "Aku mau kita putus," ucap Tan jengah, kesabarannya sudah habis oleh sikap Jaehwan yang terlalu posesif padanya. Ia masih 19, jiwanya masih ingin kebebasan, namun Jaehwan selalu mengekangnya.

Ekspresi Jaehwan seketika berubah menjadi wajah panik, "S-sayang, kita bicara baik-baik ya, maafkan aku, maaf aku membentakmu, maaf," ucap Jaehwan gelagapan, ia menggenggam tangan Tan dengan lembut.

"Aku mau kita putus, om." Jaehwan meneguk ludahnya dengan kasar, Jaehwan paham betul, saat Tan memanggilnya "om" itu berarti kekasihnya ini dalam mode marah sungguhan, bukan hanya ngambek menggemaskan yang biasanya ia lakukan.

"Sayang, salahku apa? Hm? Maafkan aku,"

"Salah om itu banyak, om selalu larang aku ini itu, aku mau sama temen aja nggak boleh! Dasar om-om! Padahal kan aku main sama temen cewek, naik ojol juga dimarahin, aku kaya gini dimarahin, aku kaya gitu dimarahin, aku bisa jaga diri sendiri, om." ucap Tan dengan mata berkaca-kaca, ia berhasil mengeluarkan semua unek-uneknya pada Jaehwan selama ini. Jaehwan diam-diam menahan rasa sakitnya saat Tan mengatakan bahwa ia "om-om", walaupun itu memang benar namun Jaehwan terlalu sensitif dengan topik yang menyangkut umur diantara ia dan Tan.

"Sayang, aku khawatir, kau baru 19, banyak hal yang belum kau ketahui di luar sana, sayang." Jaehwan mendekat pada Tan hendak meraih pinggang gadisnya. Namun Tan dengan cepat melangkah mundur menghindari Jaehwan.

"Pokoknya aku mau putus!" ucap
Tan lalu pergi dari ruangan Jaehwan, Tan berlari dengan mata sembab membuat para karyawan yang melihat Tan merasa bingung.

"Kita udah putus, om!" ucap Tan saat Jaehwan berhasil menahan tangannya.

"Itu menurutmu, aku belum menyetujuinya, sayang. Ayo ke ruang kerjaku,"

"Nggak mau!"

Jaehwan dan Tan sedang menjadi tontonan para karyawan Jaehwan. Bukannya risih, mereka malah gemas dengan hubungan Presiden Direkturnya itu.

"Sayang, jangan buat aku marah,"

"Nggak peduli! Biarin aja om marah!"

"Sekalipun aku marah, aku tak akan pernah berkata bahwa aku setuju kita putus, sayang." ucap Jaehwan lembut, ia perlahan mendekati Tan lalu memeluk tubuh indah remaja 19 tahun itu.

Para karyawan Jaehwan memekik senang, mereka merasa asing mendengar atasan mereka yang biasanya berkata dengan ketus kini tengah berbicara dengan lembut, kejadian langka menurut mereka.

"Sayang, aku sayang padamu, aku mencintaimu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu, dengarkan aku, kau baru 19 tahun, sayang. Bukannya aku menganggap kau lemah, tapi aku pria mu, aku harus selalu melindungimu, aku harus memastikan kau selalu aman, sayang. Aku tak mau kau terluka,"

Tan hanya menangis sembari membalas pelukan Jaehwan dengan erat, ucapan Jaehwan membuat amarahnya menguap begitu saja, ketulusan Jaehwan telah menghangatkan hatinya.

"Mas Jae,"

"Hm?"

"Aku malu-maluin Mas Jae ya? Maaf," Lirih Tan.

"Tidak, sayang. Ayo ke ruanganku, hm?"

"Aku malu, mas."

"Tutupi wajahmu di dadaku seperti ini, sayang."

Jaehwan menuntun kekasihnya untuk berjalan sembari berpelukan, Jaehwan tersenyum sumringah, gadisnya telah kembali dengan panggilan kesukaannya, Tan dapat mendengar jantung Jaehwan yang kini tengah berdetak cepat sama seperti dirinya.

Sesampainya di lift, Tan melepas pelukannya lalu berjinjit untuk mencium pipi Jaehwan,"Maaf,"

Jaehwan tersenyum senang,"Tapi aku masih ngambek loh sama mas Jae!" ucap Tan membuat Jaehwan tertawa geli.

"Mau aku belikan apa? Hm?"

Tan menggeleng.

"Tteokpoki?"

"Nggak mau,"

"Es krim coklat?"

"Nggak,"

"Tiga cup besar,"

Jaehwan terkekeh pelan saat Tan memeluk lengannya sebagai tanda bahwa Tan setuju ngambeknya dibayar dengan tiga cup besar es krim coklat kesukaannya.

"Sayang," panggil Jaehwan.

"Hm?"

"Aku tau mungkin kau akan menyebutku berlebihan, tapi jujur, aku sakit hati saat kau dengan santainya bilang 'dasar om-om', a-aku tidak marah, sungguh, aku hanya-" ucapan Jaehwan terhenti saat bibir manis kesukaannya kini tengah melumat bibirnya dengan lembut, amatir memang, namun Jaehwan menyukainya, ia memeluk pinggang Tan. Tangan Jaehwan gatal ingin meremas bokong sintal gadisnya, namun ia tak mau Tan kembali marah setelah mereka baru saja berbaikan.

"Maaf," ucap Tan dengan lembut, bibirnya masih berhadapan dengan bibir Jaehwan saat ini.

"Tak apa, sayang. Tak apa,"

Jika saja pintu lift tak terbuka saat ini, Jaehwan ingin sekali memeluk dan menciumi gadisnya dalam hati ia bertanya bagaimana bisa seorang Lee Tan yang polos kini menjadi gadis nakal yang berani menciumnya lebih dulu, Jaehwan bangga pada hatinya karena tak salah memilih wanita untuk ia cintai.

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang