20

13.6K 736 16
                                    

"Huuaaaaa Mas Jae air mancurnya bagus baangeeettt!"

Tan berlari kesana kemari meninggalkan Jaehwan yang tak bergeming dari tempatnya, Jaehwan hanya tersenyum memperhatikan istrinya yang terlihat sangat bahagia.

Usai masalah perusahaan yang menyusahkan itu selesai, Jaehwan menepati janjinya pada Tan untuk mengambil cuti, dan kini mereka berdua sedang berada di Dubai.

"Sayang, jangan lari-lari!"

Jaehwan melangkah mengejar Tan yang menjauh darinya, Jaehwan khawatir terjadi sesuatu pada Tan saat Tan jauh darinya. Jaehwan juga khawatir bisa saja ada pria mancung yang menyangkut di hati istrinya.

"Sayang, kenapa kau meninggalkanku?"

"Aku mau liat air mancur dari arah sini, aku kira Mas Jae mengikutiku dari tadi." ucap Tan dengan polos.

Jaehwan menghela napas dan menggenggam tangan Tan, begini lah duka memiliki istri yang masih muda, berlari dan melompat dengan riang tanpa peduli dirinya yang mulai tua, pikir Jaehwan. Untungnya Jaehwan sangat mencintai Tan, jadi apapun akan Jaehwan lakukan agar istrinya bahagia.

Tan dan Jaehwan melanjutkan acara jalan-jalan mereka di sekitar air mancur dengan tangan mereka yang masih saling menggenggam, terutama Jaehwan, ia menggenggam tangan Tan dengan erat agar Tan tak bisa pergi jauh darinya.

"Mas Jae, makan yukk, aku lapar."

"Kau mau makan apa, sayang? Ayo kita ke arah sana, sepertinya ada banyak kedai makanan disana."

"Ayo! Aku boleh makan sepuasnya kan?"

"Tentu sayang. Jangan pernah lupa kalau suamimu ini pengusaha kaya."

Tan hanya berdecih.

"Aku tak akan lupa kalau suamiku ini perutnya besar seperti melon."

"Yang sebesar melon itu kan punyamu."

"Punyaku? Perutku kecil Mas!"

"Memangnya siapa yang bilang perutmu besar?"

"Tadi Mas Jae- YA! Mas Jae mesum!"

Tan berhenti melangkah dan mengerucutkan bibirnya saat ia tau apa maksud ucapan Jaehwan.

"Ayo kembali ke hotel saja, aku jadi menginginkanmu, sayang." pinta Jaehwan.

"Nggak! Sana ke hotel sendiri! Aku mau makan!"

Tan melepas genggaman Jaehwan dan melangkah meninggalkan Jaehwan.

"Sayaaaang.." rengek Jaehwan.

.

"Mas Jae, aku ingin melihat Burj Khalifa." pinta Tan yang sayangnya tak langsung dituruti Jaehwan karena mereka sedang asyik berpelukan di atas ranjang setelah berkeringat bersama.

"Iya, besok kita kesana sayang."

"Maunya malam ini."

"Sayang, malam ini aku ingin bersamamu."

"Kan mas ke Burj Khalifa juga bersamaku."

"Beda, sayang. Aku ingin menikmati dirimu."

Jaehwan mengeratkan pelukannya pada Tan. Saat ini mereka sudah kembali ke hotel karena permintaan Jaehwan, Tan tak berani membantah suaminya itu, bagaimanapun, Tan adalah seorang istri yang harus memenuhi kewajibannya.

Sebenarnya Tan masih ingin menikmati indahnya Dubai bersama Jaehwan, saat berjalan-jalan, Tan selalu memandang langit dan seolah berbincang pada kedua orang tuanya dalam hati.

"Mama, Papa, aku sedang di Dubai, negara yang sangat ingin aku kunjungi bersama mama dan papa."

"Pa, suamiku sangat baik seperti papa."

"Ma, Mas Jae suka membelikan aku makanan seperti mama yang selalu dibelikan papa makanan saat papa pulang bekerja."

"Pa, Ma, aku bahagia sekarang."

"Kalau mama dan papa masih ada, aku pasti akan meminta Mas Jae membelikan mama dan papa rumah yang besar."

"Ma, aku melihat baju bagus yang cocok untuk mama pakai di Dubai. Mama pasti cantik kalau pakai baju itu."

"Pa, aku melihat banyak sabuk yang bagus disini, aku ingin membeli satu untuk mengganti sabuk rusak yang selalu papa pakai dulu."

Tan sangat mensyukuri hidupnya yang sekarang, dahulu ia selalu hidup susah bersama kedua orang tuanya, namun mereka sangat bahagia meski kekurangan uang. Hingga Tan bertemu dengan Jaehwan yang dengan senang hati membantu keuangan keluarga Tan meski Tan selalu menolaknya dengan alasan tidak enak karena saat itu ia dan Jaehwan baru berstatus pacaran. Saat perekonomian keluarga Tan yang mulai membaik, musibah datang dan merenggut nyawa kedua orang tua Tan, Tan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Saat itu Jaehwan tentu menolak keinginan Tan untuk bekerja part time.

"Menikahlah denganku, bekerjalah di rumahku sebagai Nyonya Kim."

Kata-kata itu tak mempan untuk menghentikan keinginan Tan bekerja karena orang tua Tan menginginkan Tan kuliah, agar Tan tak seperti kedua orang tuanya yang berpendidikan rendah. Namun pada akhirnya, Lee Tan jatuh ditangan Kim Jaehwan. Dan mereka menjalani hidup bahagia seperti sekarang ini.

"Kau memikirkan apa, sayang?" tanya Jaehwan.

Tan hanya menatap Jaehwan dengan tatapan yang Jaehwan pahami apa maksudnya.

"Kau ingin beli apa untuk orang tuamu? Hm?"

"Tadinya aku ingin membeli baju yang bagus, karena yang mama pakai semuanya lusuh, dan aku ingin beli sabuk, yang selalu papa pakai untuk bekerja sudah rusak. Tapi mereka tidak butuh itu sekarang."

Jaehwan menciumi wajah Tan dengan lembut. Dari dulu, saat Jaehwan baru mengetahui bahwa Tan dari kalangan bawah, ia ingin sekali membelikan banyak barang dan uang untuk kedua orang tua Tan, namun Tan selalu menolaknya. Hal ini membuat Jaehwan semakin mencintai Tan karena hanya Tan satu-satunya gadis yang menolak saat Jaehwan akan memberi barang atau uang. Meski dari kalangan bawah, keluarga Tan menjunjung tinggi harga diri mereka.

"Kita belikan bunga yang indah saja untuk mereka, banyak bunga di Dubai yang tak ada di Korea, setelah sampai di bandara, kita langsung ke makam mama dan papa. "

"Makasih, Mas Jae."

"Iya sayang."

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang