Untuk Sebuah Nama #4

3.1K 247 0
                                    

*
*
Di sela rasa takut itu lah ia bertahan. Bersama Birahi yang terpaut meski hasrat mencoba menolaknya.

*
*

Mata kuliah Prilly telah berakhir untuk hari ini, ia keluar lebih cepat dari yang diperkirakannya. Prilly meminta Ali menjemputnya jam 15:00, dan itu masih setengah jam lagi. Teman teman sekelas Prilly sudah pada pulang dari sepuluh menit yang lalu.

"Ali pasti masih latihan band. Apa gue samperin aja kali ya." Prilly berguming sendiri, gadis itu masih celingak celinguk sendiri didepan kelas.

"Gue samperin aja deh." Ucap Prilly yang akhirnya meninggalkan kelas.

Prilly masih berjalan dengan santai menyusuri koridor kampus meski sudah menuruni tangga dari lantai tiga, namun gadis itu sedikit mengernyit heran saat turun kelantai satu, suasana berubah sepi. Tak ada siapa pun disana.

"Pada kemana nih orang,! ya kali udah pulang semua, hari juga baru jam setengah tiga." ujar Prilly berbicara dengan keheranannya.

"Hei. lo,! ngapain loe disitu.?" teriak berang seseorang membuat Prilly menoleh cepat pada sumber suara.

"Gue_"

"Sembunyi sana, disini bahaya." potong laki-laki itu berseru, laki-laki itu sama sekali tak di kenali Prilly.

Prilly menatap laki-laki itu lurus dan mendekatinya dengan pasti, melihat ekspresi laki-laki itu Prilly tahu apa yang terjadi, Tauran lagi. Seperti yang pernah Ali katakan, tauran selalu terjadi tak terduga, sekarang contohnya.

"Gue itu mahasiswa pindahan, emang harus sembunyi juga.?" gugat Prilly.

"Mau loe mahasiswa baru atau lama kek, ngak ada bedanya, udah sana.." usir laki-laki itu.

"Ha sih,..." sahut Prilly membenarkan "by the way loe kenal Ali ngak.? gue nyari dia." tanya Prilly nyengir kuda menatap laki-laki yang sudah jengkel menatapnya.

"Lo cari Ali,? emangnya lo siapanya Ali.?" tanya laki-laki itu beruntun, namun belum sempat Prilly menjawab laki-laki itu menajak Prilly pergi "ya udah ikut gue," laki-laki itu menarik tangan Prilly sebelum sempat Prilly menolaknya, laki-laki itu membawanya masuk ke sebuah ruangan.

Setelah keduanya didalam ruangan, laki-laki itu melepas genggamannya. Dan menatap Prilly dari ujung kepala hingga ujung kaki membuat gadis itu mengeridik ngeri dan menjauh.

"Lo jangan macem-macem." ujar Prilly lurus dengan mata hazel bulatnya.

Laki-laki itu nampak kanget dengan ucapan Prilly. "Heh.." desisnya jengah. "Gini ya, gue bawa lo kesini karena diluar itu bahaya, ada yang berantem" jelas laki-laki itu menekan suaranya hingga terdengar meredam. "Oh ya, tadi lo bilang lo nyari Ali, ngak sembarangan orang yang mencari Ali, lo pasti__". Laki-laki itu diam sejenak meneliti Prilly, hingga kemudian.

"Lo pasti mantan Ali yang baru diputusin ya.?" terka laki-laki itu lalu tertawa. "Whaahaaa,, sudah lah ngak usah cari Ali, Ali itu sudah punya istri, dan Ali bilang dia tidak akan main perempuan lagi karena istrinya sangatlah cantik, ya walupun gue belum pernah ketemu sama perempuan beruntung itu,"

"Beruntung.." ulas Prilly, mengulang kata beruntung yang terlontar dari laki-laki itu dengan penegasan.

"Ia lah, dia wanita yang beruntung karena bisa mendapatkan Ali, semua wanita mengejarnya, termasuk lo kan." ledek laki-laki itu menunjuk Prilly.

"nih orang siapa sih,,! gue bogem juga lama-lama.," dumel Prilly dalam batin. Prilly menggaruk plipisnya menahan kesal. "loe itu siapa sih.?" tanya Prilly dongkol.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang