Untuk Sebuah Nama#39

2.2K 135 0
                                    

*
*
Harus kalian tahu bahwa ada kebahagin di setiap pilihan, namun pilihan itu tak pernah sempurna. Pasti ada sakit sebelum menggapai puncaknya.
*
*

Ali nampak asik meracik masakannya, sesekali matanya beralih menatap pada Alif dan Prilly yang kini duduk di ujung dapur, dimeja makan bulat. Meja khusus jamuan besar yang sering dipakai jika Kevin dan yang lain makan di rumah mereka.

Alif nampak asik mendengar buku cerita yang di bacakan Prilly, sesakali tawanya mengenyah manis. Begitu pun Prilly, ia begitu serius membacakan ceritanya dan sesekali akan berlagak sebagai tokoh dalam cerita, memperaktekkan gerak-gerik tokoh dalam cerita. Contohnya sekarang saat ia menceritakan sang buaya yang menerkam kaki sang kancil, Prilly memperagakannya dengan menangkap lengan Alif sebagai kaki sang kancil. Itu lah yang mencing tawa Alif keluar, bersamaan tawa Prilly yang manis.

"Tamat..." kata Prilly, di tutupnya buku serita sang kancil dan buaya, dan menatap bocah itu lekat.

"Lagi,, ma..." rengek Alif.

"Tapi ceritanya udah tamat sayang. Nanti kita beli buku cerita yang baru.." bujuk Prilly mengelus pucuk rambut Alif.

Bocah itu menggeleng keras "Mau sekarang..."

Prilly menoleh, menatap Ali yang masih sibuk dengan masakannya.

"Gimana kalau kita bantu papa masak aja.." ajak Prilly, mencoba mengalihkan keinginan sang anak.

"Ngak mau..!! Mau nya cerita lagi.." rengek Alif semakin menjadi.

"Cerita apa lagi ya..?" Perempuan itu diam berpikir.

"Mau denger cerita papa ngak.." timpal Ali, dengan langkah besarnya mendekati anak dan istrinya, meninggalkan dapur yang sudah rapi dari sisa masakannya.

Alif menoleh bersamaan dengan Prilly. "Cerita apa Pa..?" Bibir bocah itu masih manyun.

Ali berdiri di samping Prilly "Cerita Pangeran yang bertemu Princess hati nya.." jawab Ali merangkulkan tangannya pada Prilly.

"Mau..mau..." teriak Alif girang.

Prilly menilik heran pada Ali "Emang ada..?" Tanya perempuan itu nyaris berbisik.

"Ada..!! Kamu incess nya aku pangeranya.." balas Ali berbisik dengan iringan tawa kecilnya.

Prilly mengerut dahi mendengar ucapan Ali, namun tak bisa di bohongi Prilly mengukai itu hingga ujung bibirnya tertarik naik.

"Cerita pa,,? Cerita sekarang.." pinta Alif menarik lengan kaos panjang Ali dengan tak sabaran.

"Nanti aja ceritanya,, mending sekarang Alif makan dulu, abis itu baru deh papa cerita.." ucap Prilly lembut, membujuk dengan halusnya.

Bibir bocah itu kembali manyun, dengan cepat membuang muka masam.

Prilly tertawa kecil "ihh.. anak mama ambekan,," godanya mencubit pipi chabi Alif, namun itu tak membuat Alif tersenyum. "Ngambek nih cerita nya,, ya udah mama juga ngambek,, ngak mau beliin buku cerita baru buat Alif.. mama ngambek nih.." ucap Prilly memasang wajah merajuk pada sang anak, matanya melirik Alif memastikan apakah bocah itu terpancing dengan ucapannya.

Mendengar ancaman  sang mama, anak itu lekas menoleh, menatap mamanya memelas. "Eemm... mama.." rengek Alif manja menarik tangan sang mama yang duduk di sampingnya "mau buku cerita.. jangan ngak beliin.. Alif mau.. Alif ngak ngambek lagi kok.." bujuknya manja.

Ali hanya bisa tertawa geli melihat tingkah sang istri dan anaknya yang begitu menggemaskan.

"Tapi sekarang makan dulu.." sambung Ali yang langsung mengangkat tubuh sang bocah, menggendongnya. "Papa masak masakan yang paling enak buat Alif,, coba tebak apa..?"

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang