Untuk Sebuah Nama #31

2.5K 151 0
                                    

*
*
Bukan tentang siapa mereka.
Tapi tentang bagaimana mereka yang selalu ada untuk kita.
Bukan tentang seberapa tinggi derajat mereka.
Tapi bagaimana tinggi solidaritas mereka terhadap kita.
Karena kita Teman, keluarga dan sahabat yang akan selalu berbagi.

*
*

Ali memutar tubuh sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. "Emmh.." desah Ali menggeliat, perlahan ia membuka mata. "Udah pagi.., cepat banget...." dumelnya malas, matanya yang masih rekat. Ia menoleh kesamping dan senyuman terukir manis di bibirnya, itu begitu manis apalagi dengan mata khas bangun tidur yang membuat mata Ali terlihat sipit.

"Aaa.... Siitttt..." umpat Dion terlonjak berdiri. Ia meniup tangannya yang terkena bara api. "Dasar api kuyuk.." omelnya, menatap berang bara api yang menyala.

"Apa sih...? Pagi-pagi udah berisik.." tegur Ali menoleh pada pada Dion.

Suara pekikan Dion membuat dua perempuan itu terbangun. "Kenapa sih berisik..?" Gumam Salma mengucek matanya yang masih gatal.

Ali yang menyadari pergerakan Prilly membalikkan tatapannya"Pagi.." sapanya pada Prilly yang baru membuka mata.

"Pagi juga.." sahut Prilly serak pelan, khas bangun tidurnya. "Jangan liatin kayak gitu ah.. malu.." gumam Prilly mendorong wajah Ali yang menatapnya begitu dekat.

Ali memegang tangan Prilly yang mendorong dan menutup pandangannya, ia menyinsih tangan Prilly dan mengenyah senyum "Ngak apa-apa honney., kalau mereka mau mereka juga bisa saling pandang.." sahut Ali menatap wajah istrinya lekat, ia menopang wajahnya dengan tangan. "Aku ngak tau kenapa wajah kamu begitu manis..?? Bangun pagi aja manis.. apa lagi siang nya.." puji Ali tulus, kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya.

"Siangnya lumer.." timpal Dion dongkol, ia masih mengusap tangannya yang perih.

"Syirik aja loe.." sahut Ali terkekeh, ia mengecup kening Prilly dan beranjang duduk menghadap Dion yang kini membalut lukanya dengan salap dingin. "Jadi kita lanjut ke tenda sekarang..?" Tanyanya.

Salma mengangguk "Yap..!! Gue udah ngak sanggup,, badan gue udah bau..." timpal Salma, ia memasang wajah jijik setelah mencium bau badannya sendiri. "Loe udah baikan kan Prill..?" Tanyanya penuh perhatian.

Ali membalik tubuhnya, membuka resleting kantong tidur Prilly "makasih.." ujar Prilly menguntai senyum tipis.

"Em..cama-cama.." jawab Ali cadel, ia mencubit dagu Prilly manja.

"Ya udah deh cuekin aja, ngak apa-apa kok..!! I see.." sugut Salma, duduk disamping Dion.

Prilly terkekeh "Udah kok Mah..!! Dari semalam juga udah baikan.." jawabnya menatap Salma, perempuan itu kini membantu Dion membalut luka bakarnya dengan perban.

"Lebay loe..! Gitu aja diperban.." ledek Ali.

Dion melirik Ali sinis "Lebay apaan..! Loe ngak liat tangan gue udah memerah.." sahutnya.

Ali mengacuhkan dumelan Dion, ia beralih merapikan kantong tidur dan memasukkannya ke carrier Dion "ayo kita berangkat.." ajaknya mengangkat carrier Dion.

"Biar gue aja yang bawa..!! Loe jagain tuh bini loe biar ngak ilang lagi.." sugutnya Dion, menunjuk Prilly dengan dagunya.

"Ngak apa-apa..!! Tangan loe juga masih perih kayaknya.." tolak Ali

Dion mendekati Ali "Loe yang bilang jangan alay,, lagian sejak kapan carrier itu dibawa dengan tangan, punggung kali.."

Ali terkekeh "Ya sudah kalau maksa.." sahut Ali meletakkan kembali cerriernya dibawah "ayo honey,," ajak Ali menggandeng tangan Prilly.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang