Untuk Sebuah Nama#28

2.4K 167 0
                                    

*
*
Dia tak pernah menyesali telah di lahirkan dengan kekurangan.
Lalu kenapa kita yang sehat tak mampu bersyukur.?
(ALIF)

*
*

Hari ini Prilly berniat untuk menjenguk Alif lagi, ia harus bersegera pulang supaya bisa membuat kan bubur yang telah ia janji pada Alif, ia sudah nampak gelisah menanti berakhirnya kelas tambahan itu.

Sejak tadi Salma memeperhatikan sikap Prilly, ia kesal sendiri melihat  perempuan yang disampingnya itu tak lagi bisa tenang di tempat duduk nya “hei..! Loe kenapa sih...?” tegur Salma yang akhirnya menyungap dengan kegelisihan Prilly.

Prilly menoleh dengan senginyai santainya “mau pulang...” jawabnya santai

“Ngak sabaran banget sih,, memangnya mau kemana ?”

“Ada deh...!!” tukas Prilly.

“Baik lah,,, kita bertemu hari Sabtu nanti. Persiapkan perlengkapan kalian,..” ucap Pak Juna, membereskan buku dan alat tulisnya.

“baik pak.,,” seru Mahasiswa bersamaan saat pak Juna beranjak pergi meninggalkan kes.

Prilly buru-buru memasukkan barang-barang nya “gue duluan ya Sal..” pamitnya

“oke..!! Hati-hati loe...” seru Salma

“ya...” sahut Prilly sembari sudah mengatur langkah kaluar kelas.

Prilly melirik jam tangan nya, seharusnya Ali sudah menjemput dia sekarang. “Ayo lah Ali...? Kamu dimana sih...?” decaknya mulai kesal menunggu.

“Hai...Prill.. Belum balik ?” sapa laki-laki yang tak lain teman sekelas Prilly.

“lagi nunggu jemputan...” sahut Prilly sekenanya

“bareng kita aja,,,!!” tawar laki-laki

“ngak usah.. Thanks banget..! Tapi aku udah janjian..! Mungkin lain kali..” tolak Prilly sopan

“Ya udah..! Kita duluan ya..”

“hati-hati loe pada..” seru Prilly melambaikn tangannya

Entah apa gerangan, tiba-tiba wajah itu terpaut, melirik kearah geduang Teknik, gedung itu sekarang lebih terlihat sepi. Entah kenapa, ia begitu rindu dengan sahabatnya Rasya.

“apa gue temuin Rasya aja sambil nungguin Ali,,! Tapi kalau Rasya ngak ada disana gimana..?” gumam Prilly berpikir, ia menggigit bibir bawahnya, ada keraguan namun akhirnya ia putuskan untuk melangakah menuju gedung Teknik.

Gedung itu memang lebih tenang semenjak ada peraturan baru dri Kampus, sebenarnya bukan hanya gedung teknik yang terlihat tenang dan damai, semua Jurusan di kampus itu lebih terasa aman dan damai setelah ada peraturan baru yang di keluarkan kampus.

Prilly menguntai senyum kecilnya saat mata nya menangkap sosok Rasya.

“Ras...” panggil Prilly pada sosok laki-laki yang kini berada di tengah keramaian di halaman samping gedung Teknik.

Rasya menoleh, dengan santai mengukir senyum di bibirnya.

“Ayo lah..!! Jangan dia terus kenapa..?” decak Dion malas, mata melirik kearah Prilly

Rasya terkekeh, “Ingat...!! Jangan bikin risuh di kampus..” tegur Rasya menguntai senyum kecilnya.

“Ia tau... Udah sana..!! Bawa dia jauh-jauh..” usir Dion kasar namun Rasya tetap menanggapi temannya dengan santai. Ia melangkah pasti meninggalkan teman-teman nya dan menghampiri Prilly.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang