Untuk Sebuah Nama#47 (END)

4.9K 210 18
                                    

*
*
Manusia yang baik, ia lah dia yang mengakui kesalahan nya, dan menyadari segala salahnya. Jika kau meminta dengan tulus dan memohon, maka Dia, kabulkan itu untuk mu.
(Permohonan dan Kebahagiaan )
*
*

______________________
______________

Laki-laki itu menoleh kerah pintu, senyum evil di bibirnya menyambut kemarahan Ali yang kini berdiri di ambang pintu. "Akhirnya kita punya kesempatan ini lagi," ucap Rezka tertawa renyah.

"Gue bersumpah demi istri dan anak gue, lo akan nyesel udah bermain-main dengan gue." gumam Ali penuh emosi.

"Honey.." lirih Prilly.

Dengan langkah besar laki-laki yang semula di ambang pintu kini berjarak dekat dengan Rezka.

"Bugh...

Satu hantaman keras dari Ali, cukup membuat Rezka terkapar di lantai yang kotor.

Ali mendekati kursi, dimana sang istri terikat lemas. "Bangsat." Desis nya geram, cukup Ali tahu jika bekas di wajah sang istri adalah bekas tamparan.

Dengan cepat Ali berbalik dan kembali menghantam laki-laki yang masih terkapar.

"Bughh....

"Bughh....

"Itu buat lo yang nyulik." ucap Ali berang, dan ayunan kepalan tangan Ali kembali menghantam wajah Rezka

"Bughh...

"Ini buat ke kasar lo sama istri gue."

"Bughh...

Ali semakin memberang di ayun kepalan tangan untuk kesekian kalinya.

"Dan ini buat__"

"Ceep..

Ali terdiam, bibirnya tak lagi tergerak saat satu tusukan benda tajam menghantam perutnya.

"Ini buat adik aku yang kamu sia-sia kan.." gumam Rezka, laki-laki meringis memegangi wajahnya yang hancur, babak belur.

Ali mengerang, menjauh dari Rezka. Tanga Ali teralih memegangi sisi kiri perutnya, menahan aliran darah yang mulai mengalir keluar dengan deras nya.

"Honey.." ucap Prilly, ia menyadari jika tangan Ali menunutupi luka, Prilly menggerak kan kursinya, berusah melepaskan diri.

"Gue ngak akan pernah lupa, bagaimana menderitanya adik gue karena lo " Rezka banggun dengan seringai puasnya "harusnya gue udah bunuh lo dari dulu." Lanjutnya tersenyum miring.

Ali meringis, dengan langkah tertatih ia mendekati kursi Prilly. "Jangan takut." lirih Ali, tangan mengusap ujung bibir Prilly.

"Honey..hikss...hikss.." isak Prilly pecah, ia benar-benar ketakutan sekarang. Yang ia takutkan benar terjadi. Ali harus terluka di depan matanya.

Rezka tertawa garing, drama yang ia saksikan cukup memuaskan. "Apa perlu gue habisin dua-duanya, eh.. maksud gue tiga,, sama calon anak lo sekalian.." gumamnya memainkan pisau di tangannya.

"Lo udah keterlaluan Rez," gumam Ali memutar tatapannya. Mata elang itu benar-benar menakutkan, ia siap untuk mencabik mangsa nya, membunuh dalam sekali cakar dan membunuh tanpa ampun.

Rezka tersenyum evil, mendekati Ali dengan cepat, saat pisau itu kembali melayang kerah wajah Ali dengan sigap Ali menghindari nya ke sisi lain.

"Rezka.. STOP.." pekik Prilly.

"Diem lo.." sentak Rezka. Ia yang berdiri di dekat Prilly langsung menyentak kakinya ke kursi.

"Brak...

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang