Untuk Sebuah Nama #9

2.9K 202 0
                                    

*
*
Aku bisa tertawa sekarang, kamu bisa lihat itu bukan.? Itu karena dia. Dia membuat ku menjadi orang aneh, kadang sebel namun kadang bahagia.
(PRILLY)
*
*

Wilona memberhentikan motornya di parkiran kampus.

"Ayo masuk." ajak Wilona kerena Prilly masih berdiri mematung kearah gerbang yang baru saja mereka lewati.

"Em., duluan Wil, entar gue nyusul.." titah Prilly mengacuhkan tatapan Wilona pada nya.

"Ya sudah gue duluan, jangan lama-lama entar lo telat." Imbau Wilona.

Wilona berlalu meninggalkan Prilly yang terus menatap kearah gerbang. "kok mirip ya.." guming Prilly dengan raut wajah yang keheranan.

"Hai., Prilly.! tumben pagi amat.? Si Ali mana.?" sapa Verrel yang baru datang.

"Dia masih di rumah," jawab Prilly sekenanya, wajahnya masih fokus ke arah gerbang.

Verrel mengikuti arah pandangan Prilly "lo liatin apa sih.?" Tanya nya bingung.

"Em., enggk. Bukan apa-apa." jawab Prilly menggeleng, tersenyum kecil pada laki-laki itu.

"Ya udah gue duluan ya.! loe belum mau masuk..?"

Prilly menghela nafasnya. "Mungkin gue salah lihat" gumingnya amat kecil.

"Lo ngomong apaan.?" tanya Verrel yang mendengar tak jelas gumingan Prilly.

"Enggak., bukan apa-apa. Ya udah, gue masuk."

"Ia., gue juga mau masuk" jawab Verrel, mengimbangi langkah di belakang Prilly.

*********

Setelah kelas tambahan selsai Prilly memilih untuk bersantai di taman belakang, Wilona tak bisa menemaninya karena setelah kelas tambahan ia harus masuk kembali. Prilly mengeluarkan hand phone nya, dan hanya menatap malas saat mendapati tak ada pesan baru di layar ponselnya.

Prilly terdiam sejenak, teringat apa yang ia lihat tadi pagi. Laki-laki itu sangat mirip dengan teman lamanya, tapi tidak mungkin dia karena terakhir yang Prilly dengar laki-laki itu pindah ke luar Negeri. Prilly menepis bayangan di otaknya dan mencoba fokus pada hal yang lain.

"Gue ngapain ya,! masuk juga masih lama," gumam Prilly mengotak atik layar hand phone nya.

Prilly memasukkan kembali ponsel nya ke ransel, dan bangkit dari kursi. "Mending gue ke luar aja dari pada bosen." gumingnya berlalu dengan malas.

Didepan gerbang kampus Prilly berdiri menunggu ojek online yang sudah ia pesan. Ya, gadis itu masih ragu untuk menaiki kendaraan beroda empat saat, trauma itu masih terasa.

Cukup lama menunggu, akhirnya ojek pesanan Prilly pun datang.

"Lama amat bang." keluh Prilly

"Maaf neng, Jakarta masih macet,," eles tukang ojek.

"Emang dari dulu kali bang, ya udah, ayo pergi." gumam Prilly memakai helm full face, dan tak lagi banyak protes Prilly hanya meminta tukang ojek mengantarkannya.

Prilly meminta tukang ojek berhenti di sebuah tokoh buku.

"Ni bang." ujar Prilly membayar ongkosnya.

"makasih ya neng."

"Ia. sama-sama." ujar Prilly menguntai senyum sebelum akhirnya berlalu menuju tokoh buku tersebut.

Prilly tak ingin berlama-lama disana, ia harus kembali kekampus. Ia mengikuti deretan buku yang tersusun. Hanya satu yang ia pilih. Gadis itu menuju kasir dan membayar bukunya.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang