Untuk Sebuah Nama #14

2.7K 193 0
                                    

*
*
Ada bayangan kehawatian yang sulit di ungkapkan.
Dan semakin besar pula rasa hawatir itu saat rasa sayang menggauli nya dengan cemburu.
Bertahan adalah pilihan dan pengorbanan adalah keputusan.

*
*
_

_______________________
______________

Harusnya pilihan tak mengekang Ali, namun kenapa,? Disaat ia sudah menentukan pilihannya, kenapa pilihan itu harus memberatkan orang lain.

Gadis itu selalu membuat Ali kepikiran, kejujuran nya yang berat membuat Ali tak bisa berhenti memikirkannya, sedetik pun untuk saat ini.

"Drett...drett...dretttt...

Ali membuka kunci layar hand phone nya, satu pesan WA baru saja masuk, dan itu berisikan sebuah Video.

Mata Ali berjalan dengan santai mengikuti video yang ia putar, Ali melihat video itu lebih dekat, dan video yang baru saja masuk di pesan WA itu adalah Video Prilly, kejutan yang manis baginya.

Ali melihat video itu dengan teliti dan jeli. Dan,..

"Glegaarrrr,,,,,,

Seperti petir di sebelum hujan, seperti itu lah keterkejutan Ali meledek membuat tubuhnya menengang dalam seketika.

Kejutan kedua mampu membuat mata laki-laki itu membelalak bulat, rasanya seperti tersengat sentuhan listrik, saat menyadari gadis itu memasuki gedung Teknik.

Ali langsung baranjak dari tempat duduknya dan berlari dengan kecepatan penuh ke tempat dimana video itu di ambil.

Dari kejauhan sesorang hanya memperhatikan Ali dengan heran, ia mengikuti hingga laki-laki itu didepan gedung Teknik.

"Ali mau ngapain kegedung Teknik." gumam orang yang memperhatikan Ali. Laki-laki itu sungguh tak percaya saat melihat Ali dengan beringas masuk ke gedung itu sendjrian, buru-buru seseorng itu berlari meninggalkan Ali.

'Duaaarr...

Dengan sangat keras seseorang mendobrak pintu kelas Seni Musik, membuat Kirun dan yang lain melonjak kaget, menoleh serempak.

"Gila lo,! Mau ngerusakin pintu kelas kita ya." koar Bayu kesal.

Laki-laki yang mengebarak pintu itu tak bisa menjawab, ia nampak ngosngosan mengatur napas. Seperinya ia baru saja berlari jauh, hingga beberapa detik kemudian ia baru bisa bersuara. "It..tu... Si., Di..on.." ujarnya terbata-bata.

"Ini gue." sahut Dion, menimpal ucapan laki-laki itu santai.

Laki-laki itu berdecak kesal, ia harus berucap lebih tepat agar tak membingungkan semua orang. "E,a, mak,, sud, gue., Al,," tukas laki-laki itu terbata-bata.

"Eh, Win ngomong yang benar." Ujar Kirun geregetan melihat Windi yang ngomong gelagapan.

Windi menarik napas panjang, "Ali, dia masuk ke gedung, Teknik sendirian." jelas Windi dengan cepat membuat Kirun dan yang lain langsung berdiri dari tempat duduk mereka.

"Apa.?" Kirun dan yang lain memekik bersamaan.

"Lo liat sendiri.?" tanya Bayu menggugat.

Laki-laki yang memberi informasi hanya mengangguk cepat.

"Kita susul Ali sekarang, telpon Rimba dan yang lain buat nyusul juga." titah Kirun yang langsug bergegas bersama yang lain menuju gedung Teknik.

****☆★☆★☆****

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang