Untuk Sebuah Nama #21

3.2K 183 0
                                    

*
*
Hilang semusim kebahagaian, dalam ketara menit yang tak terhitung. Di sana ada penyesalan dan disana ada kesetian, meghentikan waktu agar bisa menarik kembali kebahgiaan.
(KEJUJURAN)

*
*

Wilona menautkan alis, menatap Prilly heran. Perempuan didepan nya nampak resah, sejak tadi Prilly celingukan dengan geliasah tak jelas menatap keluar ruangan.

"kenapa sih, gelisah amat...?" tegur Wilona setelah cukup lama memeperhatikan tingkah Prilly.

Prilly mengalihkan tatapannya pada Wilona "eh..." ia menatap Wilona jengah kerena tak begitu memperhatikan apa yang baru saja di ucapkan Wilona.

"Kenapa..?" Ulang Wilona, Prilly menggeleng kecil dan berdehem kecil lalu kembali memalingkan wajahnya.

Wilona membuang napas "jangan bohong deh,,!" tukasnya, ia sudah cukup tahu jika kalimat dehem-an dan wajah yang langsung memalingkan itu adalah ungkapan kebohong.

Prilly tersenyum kecut "turun yuk..." ajaknya

Wilona terperangah mendengar ajakan Prilly "ngapain,,! diluar itu ada tauran,,"

"gue khawatir sama seseorang,! cuma liat doang kok,, memastikan saja,," bujuk Prilly merengut.

"siapa ? Ali.." terka Wilona

Prilly menggeleng pelan "bukan.."

"terus siapa ?" taut Wilona menuntut,

"teman gue,,"

Belum sempat untuk menolak, Prilly langsung menarik tangan Wilona, dan dengan terpaksa Wilona hanya berjalan mengikuti tarikan Prilly.

"jangan cepet-cepet, entar kesandung., bahaya Prill.." pinta Wilona mempringatkan.

"ia,," sahut Prilly sekenanya, namun langkahnya sama sekali tidak dipelankan Prilly

Keduanya sudah di lantai dua, suasana amat lah sepi, tak ada lagi kelas yang masih terbuka, semuanya tertutup rapat.

"udah lah Prill, gue yakin itu teman loe baik-baik aja,," ucap Wilona malas, ia tak msu ambil rediko lebih jauh. Ia tak mau Prilly kenapa-napa jija berada lama-lama diluar.

"tapi__"

"gue ngak mau kena omelan Ali, mending sekarang kita sembunyi sebelum kita yang kena masalah..." saran Wilona, ia membujuk Prilly raut memohon yang is tunjukkan.

Prilly menatap Wilona jengah "loe takut.."

"bukan takut,, tapi gue khawatir sama loe.." jawab Wilona mendelik Prilly jengkel. Dasar, Wanita keras kepala, omel Wilona dalam batin.

"Tapi gue juga khawatir sama teman gue.." jawab Prilly tak mau kalah.

"bandel ya loe.." tukas Wilona kesal

"udah lah, ayo temenin gue nyari kalau loe khawatir sama gue.." ajak Prilly kembali menarik Wilona.

"em. " desah Wilona malas, dan mengikuti langkah Prilly.

Wilona mendongkakkan wajahnya melihat kehalaman gedung.

"Prill tunggu.." pinta Wilona mencegat langkah Prillu.

"apa...?" taut Prilly menoleh malas.

”mending kita jangan turun deh, pirasat gue ngak enak,," Wilona sungguh kawatir jika di bawah masih ada yang tauran.

"terus gue harus diem gitu,," sahut Prilly kesal, ia tak bisa menahan emosi saat kehawatiran nya memuncak.

"loe bisa ngak sih ngak keras kepala sekali aja,," kesal Wilona yang semakin menjadi karena sikap Prilly.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang