Untuk Sebuah Nama#44

2.1K 141 0
                                    

*
*
Aku bukan bunga yang harum
Tapi banyak kumbang yang datang.
Aku bukan pelangi.
Tapi banyak yang ingin memandang.
Aku tak seindah lukisan paris.
Namun aku ingin membuat indah kehidupan mereka yang bersama ku, mereka yang menyayangi ku dan yang mencintai ku.
*
*

Setelah beberapa hari berlalu, Ali harus kembali masuk kuliah. Ia tak mungkin terus tidak masuk, bisa-bisa ia akan mengulang semester ini karena terlalu Dengan amat berat hati ia harus rela meninggalkan Prilly di rumah. Tapi kini Prilly tak sendiri lagi di rumah, Ali memperkejakan seorang perempuan yang tak terlalu tua, ia adalah Ainun, pembanti rekomendasi bi Ita.

"Bibi masak apa..? Harum banget bau nya..?" Prilly berjalan mendekati bi Ainun yang sedang asik memasak. Hidungnya kembang kempis mencium aroma makanan yang begitu nikmat.

Bi Ainun menoleh "Eh..Non,,!! Ngapain kedapur,,? Atau mau sesuatu..?"

Prilly terkekeh "elah bibi, masa kedapur aja di larang, aku bosan bi duduk aja, mana duduknya sendirian lagi ngak ada teman.. jadi aku disini aja bantuin bibi..."

Bi Ita tersenyum kecil "jangan bandel deh non nanti Tuan muda marah, non istirahat aja ya.." bujuk Bi Ainun dengan manis. "Saya bikinin susu lagi deh.."

"Bi.. Prilly males kalau duduk doang.." dumel Prilly, ia mendekati beberapa sayuran yang masih utuh di atas meja.

"Mau ngapin non..? Aduh... jangan deh,," larangan bi Ita berlenguh, ia mendekati Prilly. Membereskan sayuran itu dari hadapan nona mudanya. "Non manis,, jangan ya,,!" Bujuk bi Ita, Prilly menilik saat bi Ita memperlakukan ia seperti bocah kecil.

"Bi,, aku bosan,, apa aja deh, yang ngak berat-berat amat buat aku kerjain.." Prilly membujuk dengan puppy eyes nya. "Please.. boleh ya.." mohonnya mamelas.

Bi Ita menghela napas, menggeleng samar "ya sudah,, bibi ada tugas,,"

"Apa..?" Tanya Prilly antusias.

Bi Ainun menyengir lebar "Kata Aden non pandai bernyanyi ya,, nyanyiin dong buat bibi,, biar bibi semangat kerjanya.." kata Bi Ainun menutur.

Alis Prilly tertarik tinggi "itu bukan kerjaan bi.."

"Ya sudah kalau ngak mau,, non duduk aja,, liatin bibi aja.." sahut bi Ainun kembali beralih pada masakannya.

"Ah.. itu bikin Prilly malas,,! Baik lah, dari pada Prilly bengong,," jawab Prilly di tariknya kursi bulat panjang dan menempatkan tubuhnya di atas kusri tinggi itu.

Bi Ita menyengir, dan menatap Prilly penuh tak sabaran. Sudah terngiang di benaknya bagaimana merdunya suara nona mudanya itu.

"Hm..hm.m.." suara merdua mengalung di ruangan dapur.

"Izin kan cinta ku,, berbunga di hati mu.. biar terus mekar untuk selamanya.."

"Tlah lama ku dahaga,, belaian seorang insan,, semoga bersamamu, ceria hidup ku.."

"Tunggi deh non,," bi Ainun menghentikan nyanyian Prilly "bibi kayak pernah dener,, lagi siapa ya..?" Mimik wajah bi Ainun sangat lucu, perempuan berumur 40 tahun lebih itu, menggaruk kepalanya memikirkan lirik yang baru Prilly nyannyian.

Prilly terkekeh menaggapi kebingungan bi Ainun "Nike Ardila bi,, masa ngak tau.." ledeknya "ini kan lagu jaman bibi masih muda dulu..." dengan nada berguyon Prilly tertawa geli.

Bi Ainun mengangguk "Em.. ia.. iaa... itu lagu udah lama sekali,, kok non tau.. hafal lgi.." mata bundar bi Ainun menatap Prilly heran.

"Prilly sesuai lagunya sama umur bibi.." gurau Prilly "lanjutin ngak nih..?" Gugatnya.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang