Untuk Sebuah Nama #12

2.7K 184 1
                                    

*
*
Ada luka yang harus tertutup rapat, agar bisa membuka lembara baru.
Dan semua itu di mulai dari keberanian.
*
*

Awalnya Verrel menolak saat Ali dan Rimba mengajaknya untuk menjenguk Alif, namun dengan kekehnya Ali mengharuskan Verrel ikut, jadi mau tak mau laki-laki itu terpaksa ikut. Ini bukan tentang Alif tapi tentang mama Alif yang amat Verrel benci.

Ali sempat benar-benar lupa kalau hari ini adalah ulang tahun Alif. Kalau bukan Kevin yang menelpon dan mengingatkannya, mungkin dia akan mengecewakan Alif. Ali meminta agar Kevin membelikan kue ultah untuk putranya serta meminta Kevin agar ikut menjenguk Alif.

Untuk pertama kalinya Kevin ikut merayakan ulang tahun Alif, itu pun tanpa sepengetahuan Jesica. Wanuta itu pasti marah besar dan mengusir Kevin.

Bukan hanya merayakan ulang tahun, Ali ingin Kevin bisa memeluk putra nya itu untuk pertama kali. Karena sejak lahir ia belum pernah menyentuh putra semata wayang nya itu.

Makanya, ia begitu semangat. Meski pun belum tentun keinginannya tercapai, kerena Jesica tidak akan membiarkan semuanya semudah itu.

"Jangan cemberut gitu kenapa." ujar Kevin menegur Verrel yang sejak tadi wajahnya manyun masam.

Verrel menghela nafas pelan "ini demi lo,!" guming Verrel menatap Kevin malas, membuat Kevin tertawa geli.

"Segitu amat,." ledek Rimba ikut tertawa kecil menatap wajah kusut si Verrel

"Tapi gue makasih banget lo udah mau ikut jenguk putra gue." sambung Kevin

"Demi sahabat gue." sahut Verrel mencoba semangat sebisanya, ia bukan tak mau menjenguk Alif tapi laki-laki itu tidak mau bertemu Jesika, wanita yang mempermainkan sahabatnya, Kevin.

Didepan sebuah ruangan ICU, ke empat laki-laki muda itu berdiri. Ali menyalakan lilin yang tertata diatas kue ultah yang bertuliskan Alif Julio Jesca. Ya, hari ini adalah ulang tahun putra Kevin yang ke-4.

Dengan cerianya Ali membawa kue, "buka," pinta Ali mentap Kevin.

"Kalian aja deh yang masuk." ujar Kevin seakan ragu.

"Ngak bisa gitu dong Vin, ini hari ulang tahun putra lo." sahut Ali

"Bener tuh." timpal Rimba tegas

"Ya sudah, ia gue ikut masuk" ujar Kevin mencoba meraih handel pintu namun dengan cepat Kevin kembali menarik tangan yang hampir memegang handel pintu itu "lo aja deh Rim.." ujar Kevin gugup.

"Gitu aja ngak berani, cemen lo." cibir Rimba, laki-laki itu mendorong pelan pintu ruang ICU tersebut.

Ke empat laki-laki itu bernyanyi bersamaan. "Happy birthday to you..,Happy birthday to you,,happy birthday, happy birthday,,happy birthday day Alif..."

Bocah berusia 4 tahun itu tersenyum dengan bahagianya. Ia tertawa kecil melihat kue yang dibawa Ali, melupakan sesak dada yang sering menyeka napasnya.

"Pa..pa.." ujar Alif yang duduk bersanggah diranjang otomatis.

"Ali," ujar Jesika antusias, wanita yang duduk di samping Alif mengembang senyum menyambut kedatangan Ali.

Ali dan yang lain mendekati Alif.

"Tiup sayang." pinta Ali mendekatkan kue yang dihiasi lilin-lilin kecil itu pada sang bocah.

Jesika memandangi putranya dengan senyum bahagia "Ayo tiup." pintanya pelan pada putra kecilnya.

Ali membantu Alif meniupi lilinnya, "Selamat ya anak papa.!" ucap Ali mengecup kening Alif.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang