Untuk Sebuah Nama #24

3K 157 0
                                    

*
*
Kebahagiaan ku adalah sebagian dari kesanggupan dan rasa sabarya. Rasa ingin melidungi yang membuat ku menjadi seorang ratu dalam istana.
(PRILLY)
*
*

(PRILL POV)

Kebahagian ku mungkin bukan lah hal kecil bagi mereka, kerena setiap gerak ku mereka selalu tertatih menjaga ku, melindungi ku dari segala hal yang sering aku anggap sepele.

Apalagi suami ku, bahkan untuk bersih-bersih rumah Ali melarang itu semua. Suami yang baik, namun sejujurnya aku tidak enak terus-terus di manja begini.

Aku sedikit khawatir akhir-akhir ini, yang aku dengar suami ku dapat masalah baru. Teman lamanya, atau lebih tepatnya musuh lama Ali. Dia baru datang dari Jepang, Wilona sedikit cerita tentang itu, kalau dia adalah musuh Ali di jalaman waktu SMA, dia baru selsai study di luar negeri, namun Wilona bungkam saat aku tanya kenapa mereka bisa musuhan, jadi aku ngak banyak tanya lagi, dan hanya tahu sebatas itu.

"Jangan suka melamun,,! Nanti kesambet lagi.." tegur Ali, ia mencuilkan wortel ke hidung ku hingga aku bergeming dari lamunan.

Aku mendelik, menatap laki-laki itu sinis "Ali,," desis ku malas, Sejak tadi aku tak sadar kalau Ali tak lagi memasak, ia justru duduk manis didepan ku.

"Mikirin apa sih ?" Tanya Ali dengan tangan yang menyanggah wajahnya di atas meja.

Aku memutar tatapan ku "katanya mau masak,,! Kok malah liatin aku.." kilah ku mentap sayuran yang berhamburan di meja.

"Abis nya aku tanya kamu malah bengong.." jawab Ali bangkit dari kursinya dan beralih ke bahan masakannya.

Aku terenyah dan hanya bisa menguntai senyum menatap Ali yang masih menatap ku sesekali "em..! Memangnya nya kalau aku melamun harus kasih tahu kamu dulu.." sahut ku mendekatinya.

"Udah duduk aja sana...!" Pinta Ali saat aku hendak meraih sayuran didekatnya

"Ngak ah,,! Aku mau bantu kamu.." tolak ku.

"PRILLY..duduk.." titah Ali menuntut.

Aku mendesah malas "Ayo lah honney,,, cuma bantu potong sayuran doang.." dumel ku memohon.

Ali menggeleng dengan sedikit tatapan tengilnya dan menarik kursi yang tadi aku duduki "aku lebih suka di perhatikan dari pada dibantuin.." gumamnya menuntun ku duduk "ei.t.." cegatnya saat aku hendak kembali bangkit dari kursi. "Duduk yang manis aja honey.." titah Ali gemas, jemari kekarnya mencubit pipi chaby ku.

"Baik lah aku duduk disini, kamu bisa masak sekarang,," ujar ku mengalah, memasang wajah malas dan memilih duduk membuat Ali terkekeh sebelum akhirnya beralih kembali pada bahan masakannya.

"Kamu mau ngak besok kita ke rumah mama,,?" Ujar Ali bertanya dengan membelakangi ku.

Aku mengangguk meski Ali tak melihat itu, "boleh,,! Tapi kita kerumah mama setalah aku pulang kuliah ya,,! Soalnya besok aku ada UAS.." jawab ku bertutur pelan.

"Ia.." jawab Ali sekenanya, ia nampak serius dengan bahan makanan itu.

(PRILL OFF)

Bunyi bel berdering hingga terdengar ke dapur.

'Ting..tong...trinngg...tong...

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang