Untuk Sebuah Nama#38

2.1K 143 2
                                    

*
*
Aku hanya ingin mereka bahagia.
Tersenyum tanpa harus ada luka.
Luka yang mampu membuat mereka bungkam dan menangis sepanjang malam.
(ALI)
*
*

Karena sudah cukup merasa baikkan, Prilly terus merayu Ali agar ia beristirahat di rumah saja. Dan untuk kesekian kalinya di bujuk, akhirnya Ali menuruti kemauan sang istri. Dokter pun memperbolehkan Prilly untuk beristirahat di rumah dengan syarat infus itu tetap pakai sampai cairan vitamin di botol infus itu habis.

"Makasih ya dok,," tutur Ali sopan, setelah Dokter selsai memeriksa keadaan Prilly.

"Jaga kesehatannya karena keberuntungan itu tidak akan selalu berpihak" nasehat Sang Dokter tersenyum "saya permisi dulu." Sang Donter keluar meninggalkan ruangan.

Setelah sang dokter benar-benar menjauh dari ruangan Ali mendorong pintu hingga tertutup rapat.

"Jadi kapan balik nya honey, aku udah ngak betah nih." keluh Prilly.

Ali memutar tubuhnya bersandar di daun pintu, menatap lurus kearah Prilly "kamu itu kalau ada maunya, ngak bisa di tolak.."

Prilly terkekeh "ngak juga,,!! aku cuma mau pulang honey...," desaknya.

Ali menghela napas pelan, berjalan dengan langkah besar kearah Prilly.

"Kalau mau istirahat dirumah, Kamu harus janji dulu, mulai sekarang jangan lagi banyak pikiran." dua tangan kekar Ali menyanggah di besi ranjang, mata coklatnya memandang intens.

"Em.. ia.." angguk Prilly kecil

"Ia apa coba...?" Sugut Ali.

"Ia..ngk akan banyak pikir, cuma mikirin kamu aja.." goda Prilly di ikuti puppy eyes nya.

"Jangan godain aku..aku sedang serius" sugut Ali datar, matanya masih menatap Prilly intens.

"Ye..., siapa yang godain kamu, lagian aku juga serius." cibir Prilly.

"Masa.." Ali mencuil dagu Prilly

Prilly mengangguk pelan "Em..em,,!! udah ah, mau pulang.." rengeknya manja.

"Janji dulu." Ali mengacungkan jari kelingkingnya di depan Prilly.

Prilly tertawa kecil "janji." balasnya menggaitkan jari kelingnya di jari Ali.

Ali duduk di bibir ranjang dan memeluk erat tubuh mungil istrinya, terdengar tawa Prilly yang meredam.

"Udah ah. meluk mulu kerjaannya." ucap Prilly mendongkak wajahnya menatap wajah Ali  yang amat dekat dengan wajahnya.

"Terus aku mesti ngapain, atau mau.." goda Ali menurun naikkan alisnya.

"Mau apa..?"tanya Prilly menjuntai bibirnya manja.

Ali tersenyum jahil, tangannya dengan cepat terlepas dari pelukan dan menggelitik pinggang Prilly. Tangan Ali meraih tangan kiri Prilly dan mememgangnya kuat agar infus itu tak terganggu.

"Whaa..hhaaa...honey.. geli.." Prilly menggeliat kesana kemari diringi tertawa kerasnya.

"Bilang dulu.."

"Whaa..haha..bilang apa..?"

"Aku Cinta Ali.."

"Ah..hahahaa..!! Honey,, udah whaa..hahahaa... geli...honey... udah..."

Ali menggelak tawanya dan kembali membekap tubuh mungil itu dalam dada bidangnya.

"I Love You Ali Baba.." bisik Prilly bersemu ceria.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang