Untuk Sebuah Nama #18

3.1K 200 0
                                    

*
*
Persebahan terindah, teruntuk kamu yang telah mengisi ruang gelap, menjadi pelita yang paling terang.
(Kelurga kecil yang baru)
*
*

Ruang itu telah bisu, tak ada guming suara memenuhi ruang putih yang berbau khas bahan kimia. Rimba semakin sibuk bolak balik rumah sakit kampus, bukan karena menjenguk Ali tapi untuk menjaga Prilly. Mama Resi harus kembali ke Surabaya karena suaminya juga sedang sakit dirumah.

Rasya menyelinap diam, masuk keruangan Prilly, sudah beberapa kali ingin menjenguk tapi selalu gagal karena Rimba tak mengizinkannya masuk. Hari ini Rimba ada jam kuliah, dan Rasya tau pasti akan hal itu.

Pelan tak bersuara, laki-laki itu duduk disamping Prilly yang sedang tertidur di tempat tidur rumah sakit, yang hampir satu bulan menjadi tempat tidurnya.

Hanya bisa mengagumi, sebatas mengagumi. Dia telah milik orang lain yang tak mungkin bisa terganggu gugat. Rasya menggenggam tangan itu erat, penuh harap agar sahabatnya itu bersegera sehat.

"em.." desah Prilly yang terbangun, matanya perlahan membuka "Rasya,," gumamnya saat mendapati laki-laki itu duduk disampingnya.

Rasya melepaskan genggamannya "hai..." sapanya lembut.

"udah lama..?"

"belum kok, baru aja. Maaf ya jadi ganggu kamu tidur..."

Prilly tersenyum tipis "ngak apa-apa,! loe kemana aja,,! kenapa baru kesini sekarang...?"

Laki- laki itu tersenyum "kenapa,,? loe kangen...? ya gimana ya, akhir-akhir ini lagi banyak kerjaan jadi baru bisa datang sekarang...! Maaf ya..?"

"em.." angguk Prilly paham.

"kenapa cemberut gitu,,? ngak senang gue datang..?" goda Rasya.

"e..senang kok..!" tukas Prilly cepat "gue cuma bosen aja disini, bau obatnya ngak enak.." jelas Prilly manyun, suaranya terdengar hampir berbisik.

Rasya terkekeh "bisa aja loe Prill,,! mau jalan-jalan ngak,,? gue temenemin keliling..."

"males ah,, setiap hari cuma keliling rumah sakit melulu.." tolak Prilly. "loe mau ngak bawa gue jalan-jalan keluar.." ia menampaknya semangat besar, dan penuh harap dari raut wajahnya.

"loe kan belum boleh keluar,,," jawab Rasya.

"gue bosen Ras,,! please..." mohon Prilly memasang wjah mamelasnya.

Rasya terdiam, menatap Prilly penuh pikir. "Ngak apa-apa kali ya kalau ngak jauh.." gumingnya simpati dalam hati. "oke...! tapi ngak lama ya,," ujar Rasya yang kemudian setuju.

"tapi gimana caranya keluar...?" Desak Prilly putus asa

Rasya tertawa kecil "katanya mau keluar, jangan putus asa dulu,," ucapnya melepas jaket yang ia pakai, dengan lembut Rasya memakaikan jaketnya pada Prilly yang sudah duduk. "loe bisa jalan kan..?" tanya Rasya dan langsung dijawab dengan anggukan dari Prilly.

Laki-laki itu membantu Prilly turun dari tempat tidurnya. Tak lupa Rasya memakaikan kupluk jaketnya untuk menutupi kepala dan wajah Prilly, ia menuntun langkah Prilly keluar dari ruangannya.

Mata Rasya jeli memandang, tangannya sepontan menarik tubuh Prilly saat Wilona dan beberapa teman Ali berjalan menyusuri koridor rumah sakit.

"ada apa..?" tanya Prilly.

"ada teman Ali,," jawab Rasya memelan.

Setelah Wilona dan yang lain pergi, Rasya dan Prilly kembali melanjutkan perjalanan mereka, keluar dari rumah sakit.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang