Untuk Sebuah Nama#41

2.1K 133 1
                                    

*
*
Hilang lah duka itu di balik senja yang menepi, biarkan senyum itu terukir semanis-manisnya, sebagai penghibur mata yang lelah agar lelap tenang di ketika malam menjelang dan menghanyutkan nya dalam mimpi yang indah.

*
*

Ali lebih ketat dalam menjaga sang istri, kandungan Prilly sudah memasuki usia tujuh bulan, hal itu membuat ia lebih penuh perhatian pada sang istri, Prilly harus rela cuti untuk semester ini demi mejaga kesehatan ia dan bayinya.

Laki-laki bisa bernapas lega kerena beberapa bulan belakangan ini tak ada kabar jelek yang ia dengar tentang Rezka Hayuto, musuh yang harus Ali takutkan sekarang. kehidupannya mulai adem air (tenang), dan selalu itu yang ia harapkan, agar ia bisa tenang menjaga Prilly.

"Emmhhh..." desah Ali menggeliat, seperti pagi biasanya, tangan kekarnya meraba ke samping kiri, dimana sang istri tercinta terbaring menemaninya.

Tak ada lagi bantalan pemisah diantara keduanya, karena Alif telah menempati kamar barunya. Lagi pula Alif tak selalu tinggal disana, terkadang ia tinggal bersama Kevin dan terkadang tinggal bersama Verrel, bocah itu tak memilah pada siapa ia akan tinggal, karena yang ia tahu semuanya baik dan sayang padanya.

Ali membuka matanya malas saat rabaan nya hanya mendapat ke kosongan di sampingnya.

"Honey..." lirih Ali memanggil, mata nya masih menyipit, menatap keseluruh ruangan putih.

Ali baranjak duduk dan bersandar di kepala ranjang, ia menyadari bunyi desiran air yang jatuh dari shower dalam kamar mandi. Tangan nya meraih Hp yang ada di atas nakas meja. Membuka informasi yang ia lewatnya selama tidur, tak ada yang baru, dan tak ada yang perlu di heboh kan.

Hanya ada potstingan Verrel yang masih menggunggah foto tentang liburan mereka satu bulan kemarin di kampung halaman Prilly. Ali kembali teringat, betapa bahagianya mereka saat di Surabaya. Yap, Verrel dan Wilona memilih honeymoon di Surabaya, tempat liburan yang di janjikan mereka.
Satu pengalaman yang mampu membuat Ali senyam senyum sendiri.

Flash back

Siapa yang tak rindu kampung halaman, setelah sekian lama di tinggalkan akhirnya ia bisa kembali, Prilly tak menyia-nyiakan hal itu, ia berkeliling, mengunjungi tempat yang dulu selalu jadi favoritnya. Dan salah tempat favoritnya ialah pasar loakan barang antik yang berada tak jauh dari rumahnya.

"Ayo buruan honey.." teriak Prilly girang, mereka mengelilingi kota Surabaya selama beberapa minggu, dan hari ini Ali harus menuruti keinginan Prilly yang kesekian kalinya.

"Ia sabar honey,,!! Jangan lari-lari.." tegur Ali menyusul langkah Prilly, mereka baru saja memasuki pasar.

Prilly merengut "Abisnya kamu jalannya lemot, kayak siput," Dumelnya, hanya sesaat, detik berikutnya mata Prilly telah teralihkan dari Ali "Lihat itu honey, cantik.." seru Prilly saat matanya tak sengaja melihat patung kayu di meja yang di susun bersama barang antik lainnya, patung itu di pahat dengan indah, terlihat seorang ibu yang sedang menggendong bayi, bersama sang suami di sampingnya yang nampak sedang menghibur sang bayi. "Mau itu.." rengek Prilly.

Kening Ali berkerut tebal "Buat apaan honey,,? Lagian sejak kapan juga kamu suka patung..?" Ali mamandang heran Prilly yang terus memandangi patung itu. Ya, di akui Ali patung itu memang indah, tetapi sejak kapan istrinya itu suka akan hal seperti itu.

"Em.. mau itu.. ya.,. ya..!! Please.." Wajah mamelas Prilly keluar sebagai perayu untuk keinginannya.

"Buat apa..?" gugat Ali masih dengan heran.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang