Untuk Sebuah Nama#43

1.9K 130 0
                                    

*
*
Sebatang pohon akan merasa kesakitan dan kesepian di tengah musim gugur menerpanya.
Hanya ada keyakinan yang menguatkannya hingga ia mampu meyakinkan. Jika semua akan baik-baik saja.
*
*

Prilly menguntai senyum kecilnya, menyapa sebagaimana senyum lebar itu menyambutnya.

"Hai.." sapa Rimba sumeringah.

"Lebar amat senyum nya.." tegur Ali.

Rimba mencibir "Ya elah senyum doang kali Li,,!! Ayo duduk Prill.." laki-laki itu menarik kursi bulat dan mempersilahkan Prilly duduk.

"Buat gue nya mana,,,?" Sugut Ali.

"Ambil aja sendiri.." celtuk Rimba.

Ali berdecak malas "Ya..ya.. terserah lo..! Jadi mana yang lo janjiin..?" Tanyanya sembari duduk di samping Prilly.

"Bentar lagi,,Si Dion dan yang lain akan datang.." jawab Rimba singkat, matanya masih menatap kearah Prilly "oh ya, gimana bayi nya sehat..?" Prilly mengangguk "ibu nya.?"

"Lo ngak liat istri gue masih segar bugar gitu..." tukas Ali jengkel.

Prilly hanya terkekeh dengan ketus_san sang suami "Gue mau minum dong Rim.." ucapnya meminta.

"Oke,, siapa adik unyu.." tangan kekar Rimba mengusap rambut Prilly gemas.

"Eiiss...tangan lo.. mau gue potong.." dengan ketus nya Ali menepis tangan Rimba, sebetulnya itu bukan lah sebuah keseriusan melainkan hanya guyonan Ali.

Rimba menilik malas "Ya elah Li,, posesif amat.."

"Udah sana,, istri gue mau minum.." titah Ali.

"Em.." sahut Rimba singkat dan berlalu meninggalkan kedua.

Prilly menampar kecil lengan Ali "Honey,, kamu ngak mau balapan liar lagi kan,,?" Tanya Prilly menatap Ali penuh selidik. Bagaimana tidak berpikiran seperti itu, dari gelagat Ali dan Rimba hanya kesimpulan itu yang paling tepat 'Balapan'.

Ali tersenyum kecil menatap Prilly, "ya enggak lah honey..." jawab Ali meyakinkan, Prilly mengangguk paham, membalas senyuman Ali.

Tak lama yang di tunggu pun datang.

"Brumm...Brummm.

Tiga mobil sport memasuki arena sirkuit, terdengar decitan ban saat pedal rem di tekan kuat.

"SCiiiittt...

Prilly tercengang, menatap mobil barisan depan. "Mobil itu...?" Gumingnya melongo melihat kemulusan mobil sport hitam yang amat ia kenali.

"Ngak ada yang berubah kan..?" Sambung Ali sumeringah, menatap perempuan yang kini terdiam seribu bahasa.

Prilly tersenyum haru "ngak,, kayak baru,, waktu baru liat.." ucapnya dengan nada memelan.

"Ini sepesial buat kamu." Bisik Ali menatap istrinya yang kini di penuhi binar kebahagiaan.

"Makasih.." balas Prilly, ia tak bisa berkata lebih, Ali sungguh membuatnya terharu.

Alis Ali tertaut turun "Makasih doang,,"

Prilly tersenyum geli, mengerti maksud ucapan sang suami, ia bangkit dari tempat duduknya, mendekati Ali dan duduk miring di pangkuan suaminya, tangannya menggelayut manja di leher Ali.

"Ngak malu diliatin..?" Goda Ali tersenyum kecil.

Prilly mengenyah senyum "Kan kamu yang ngajarin,, "jawab Prilly sekenanya "makasih karena selalu menjadikan aku wanita sepesial.." tambahnya.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang