Untuk Sebuah Nama#40

2.2K 133 0
                                    

*
*
Kebahagian itu sederhana, dan bagi mereka, kebahagiaan itu adalah keluarga, keluarga yang terbentuk dari mereka yang saling menjaga dan dari mereka yang saling percaya.

*
*

Ali membenamkan wajahnya di sofa, ia sudah kepanasan setelah puas membujuk istrinya untuk berhenti berenang, ia harus sedikit memicing mata dengan tegas dan bersuara menekan, hingga akhirnya si istri pun mengalah dengan rasa kesalnya. Ali hanya bisa menghela napas berat menghadapi ke keras kepalaan Prilly, ditambah lagi kekawatiran yang kemarin sempat hilang, kembali menjalari nalurinya. Itu membuatnya lelah dalam pikirnya sendiri.

"Awas,, aku mau duduk juga.." titah Prilly ketus, menepuk punggung Ali yang berbaring sepanjang sofa.

"Duduk aja.." Ali berguming malas.

Prilly mendesis kesal "oke..." sahutnya tegas.

"Honeyyy.... berat..." erang Ali saat tubuhnya di duduki Prilly secara kasar.

"Kan kamu yang suruh duduk.." sahut Prilly ketus.

"Tapi ngak di atas aku juga honey.." ucap Ali dengan penuh kesabaran.

Prilly berdecak kecal "Terus aku mesti duduk dimana,,? Ya udah aku berenang lagi aja..". Ambeknya beranjak dari punggung Ali, namun dengan cepat tangan itu tercekal.

Ali beranjak duduk setelah tangan itu ia ngenggami "Ehh.. bukan gitu juga,,,jangan ngambek dong.." kata Ali membujuk, ia menarik Prilly duduk di pangkuannya, memeluk erat tubuh istrinya "ambekan banget sih.." ucap Ali menggelitik leher Prilly dengan ciuman kecil.

"Em..honey,,,!! Geli.."

"Kamu makin wangi ya honey,," gumam Ali menghirup harum tubuh Prilly.

"Bau apa..?" Desak Prilly.

"Baby,,,"

Prilly menilik Ali sesaat "Em..kok baby sih..?"

"Mamanya baby Ali,," kata Ali singkat namun mampu membuat pipi Prilly seketika memerah semu.

"Ih...honeyy...! Ngak nyambung tau.." cibirnya.

"Cup..

Kecupan itu mendarat di pipi mulus Prilly. Ia tak bisa kesal lebih dari satu menit jika dihadapkan dengan wanita ini, semenit saja tidak mencubuinya rasanya napas didalam tubuh Ali kurang.  Ali mengeratkan pelukkannya, memanjai Prilly dengan gombalan-gombalannya, membuat perempuan itu terbuai dan lupa akan kesalnya.

Terdengar derap kaki dari arah pintu masuk. "Mama...papa.." panggil Alif girang.

Ali dan Prilly menoleh bersamaan, seketika itu pula Prilly berhambur menghampiri sang anak.

"Sini sama mama.."

Alif yang di gendongan Rimba, langsung merakai tubuh Prilly, naik ke gendongan Prilly.

"Em..anak mama,, senang banget.." kata Prilly menoel ujung hidung sang bocah yang nampak kegirangan.

"Alif di ajak main sama om Rimba, terus di ajak makan,, terus Alif di beli mainan.." jelas Alif antusias.

"Emm,, udah makasih belum sama om nya.."

"Em..belum.." kata Alif dengan polosnya menggeleng.

"Kok belum.."

"Makasih ya Rim.." Ucap Ali menepuk pundak Rimba.

"Ayo makasih sama om nya.." pinta Prilly pada Alif yang kini dalam gendongannya.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang