Untuk Sebuah Nama #34

2.3K 151 0
                                    

*
*
Mereka tak pernah tahu seperti apa kesanggupan di dalam hati seseorang.
Selayak yang mereka tahu, Bahagia. Karena ia selalu tersenyum.
*
*

"Hajar mereka.." titah laki-laki itu dengan berang.

Ali menarik tubuh Prilly kebelakang dan dengan sigap kakinya menerjang laki-laki yang mendekat kearah mereka,  namun ia kalah cepat. Saat Ali sibuk mengahajar lima laki-laki itu dua diantara mereka memilih bermain-main dengan Prilly.

"Hallo manis..! Jangan ngarang-ngarang gitu kenapa..?" Goda laki-laki yang sedikit berewokan, dan itu membuat Prilly memasang wajah jijik menatapnya.

"Kalian itu mau apa sih? Duit.? Hp ? Emas ? Ambil semuanya tapi biarin kita pergi.!" Sentak Prilly sambil menyodorkan tas kecilnya yang berisikan dompet dan Hpnya saja, tak ada barang beharga disana karena Prilly bukan tipe cewek yang rempong dengan segala perhiasan.

Laki-laki itu berdecak "Kita dikasih duit lebih banyak buat bikin kalian masuk rumah sakit.! Tapi sayang sih kalau cewek semanis kamu harus di bonyokin,gimana kita senang senang aja ya." goda laki-laki itu, ia lebih muda dari laki-laki satunya.

Prilly mendesis malas, hingga akhir desis nya tangan Prilly sudah melayang mengahajar satu dari  dua di antara mereka.

"Aaisss.." desis Prilly mengibas tangan, tangannya merasakan pukulan itu lebih keras dari biasanya atau mungkin dia yang telah lama tak memukul seseorang.

"Wah parah nih cewek..!! Ngak bisa diajak damai.." sentak laki-laki yang belum terkena pukulan, tangannya mengepal keras dan dalam hitungan detik melayang begitu saja kearah Prilly.

"GREP...

Kepalan itu masih jauh dari ambangan wajah Prilly, tertahan tangan yang hampir sama besar dan kekar dengan kepalan tinju itu. Prilly menoleh cepat.

"Ras..Ya.." guming Prilly ternganga. Ia mengerjap untuk memastikan jika itu benar Rasya.

Rasya tersenyum kecil menjawab tatapan Prilly, lalu kemudian berdecak, "ck.. masa loe semua lawan cewek..! Ngak gantle banget.." ledek Rasya di iringi tawa datarnya membuat Prilly yakin jika laki-laki bersamanya itu memang lah Rasya.

"Ah,, banyak omong loe.." seru laki-laki yang tadi terkana pukulan Prilly. Ia mencoba meraih wajah Rasya namun dengan cepat Rasya mengelak dan membalas memukul.

Tak butuh lama kedua preman itu terkapar diaspal jalan.

"Tolongin Ali.." pinta Prilly memekik menunjuk kearah Ali, meski sempat berdecak malas namun akhirnya Rasya tetap membantu Ali, suami sahabatnya itu.

Dalam hitungan menit semua preman-preman itu terkapar oleh keduanya, mereka berlarian kabur dengan motor masing-masing

Ali memutar matanya, menatap sosok yang sejak tadi  ia khawatirkan. "Hon__"

"Brukk..

Pukulan keras dari Rasya membuat tubuh Ali terkapar di aspal, persis seperti para preman yang tadi dihajar dan jatuh berjalar di aspal.

"Loe punya musuh jangan bawa-bawa Prilly.." sentak Rasya marah, tanganya mencengkram kerah baju Ali yang masih terbaring. "Kemarin gue pikir itu musuh Prilly, tapi sekarang gue yakin itu mush loe kan.." bentak Rasya berang, di tengah keberangan Rasya, Ali hanya menatap bingung serta kaget dengan yang dikatan Rasya.

Mata Prilly membelalak, dengan cepat ia berlari mendekati Rasya yang sedang mengamuk diatas tubuh Ali.

"Rasya udah..!! Jangan berantem dong.." lerai Prilly, ia mendorog tubuh Rasya, dan membantu Ali berdiri. "Apa-apan sih kamu.." bentak Prilly pada Rasya yang masih menjongkok di aspal.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang