Untuk Sebuah Nama#46

2K 143 0
                                    

*
*
Kehawatiran itu akan menuntun nya dalam sengsara.
Sengagara yang membuatnya akan semakin jatuh dalam luka.
(Pembalasan Rezka 2)
*
*

Waktu berlalu begitu saja, bahkan Ali sampai tak menyadari bahwa ia telah melewati larut malam ini dengan menunggu kabar dari si penculik Prilly.

"Nih kopi.." Dion menyodorkan segelas kopi hangat, "ini sudah jam tiga pajar, loe ngak tidur sedikit pun, gantian gue yang nunggu, loe tidur gih." sarannya.

"Gue ngak bisa tidur."

"Setidak nya berbaring Li," tukas Dion sedikit memaksa. "Udah sana."

Ali beranjak mendekati tempat tidur Dion, membawa secangkir kopi panas buatan Dion. "gue takut Yon," lirihnya.

Dion menoleh iba pada Ali, ia tak tahu apa yang harus di lakukan untuk menenangkan Ali, di situasi seperti ini hanya Prilly pengobatnya.

"Tidur lah," pinta Dion putus asa.

Ali menyeruput pelan kopi panas, dan membaringkan tubuhnya lurus. "Siapapun loe,,!! Loe ngak akan selamat,," desis Ali geram dalam batinnya, tangan kekar itu terkepal keras.

Menit-menit berlalu, di temani mata yang memang telah lelah, perlahan mata Ali yang menatap langit-langit kamar terpejam.

Dion memandang sahabatnya penuh iba. "Gue harus kabarin yang lain tentang kabar ini.." ucapnya, tangannya langsung meraih hand phone nya yang ada di nakas meja disampingnya.

Belum sempat ia menelpon Verrel, panggilang dari Kevin masuk. Alis Dion terangkat tinggi, suatu kebetulan yang tak biasa.

Dari seberang telpon terdengar suara barinton berserak berucap tak sabaran. "lo dimana..?"

"Di rumah, ada ya__" ucapan Dion mengambang saat Kevin memotong tanpa permisi.

"Dengerin gue..! Tadi gue kerumah Ali tapi dia ngak ada dirumah, lo tau dia dimana,.? gue telpon ngak diangkat-angkat, nomor Prilly juga ngak aktif,. Lo tau ngak mereka dimana.?" oceh Kevin tak basabaran.

Dion berdecak kesal "main potong aja, gue lagi ngomong juga. Ini Ali dirumah gue, Dan Prilly__" suara itu kembali mengambang saat terdengar suara desahan Ali yang nampaknya mengigau.

Dion menoleh kerah Ali dan memastikan jika Ali baik-baik saja.

"HALLO.." teriak Kevin

Sesaat dion menjauhkan hand phone dari telinga "em.. ngak usah teriak juga Vin.." sahutnya yang kembali menepelkan Hp itu di telinga kirinya.

"Lagian ngomong ngak selsai, Prilly kenapa..?" Tanya Kevin

"Dia diculik.." jawab Dion pelan.

Terdengar suara di seberang telpon berseloroh "Tuh kan,, gue juga ngerasa ada yang beres sama Ali, ternyata itu,, terus yang lain udah pada tau belum..?"

"Kayak nya belum, sekalian loe kabarin,,! Tapi jangan telalu heboh, loe ngerti kan.."

"Oke gue paham,," sahut Kevin

"Ya udah,, ini gue juga lagi begadang sama Ali nungguin kabar dari si penculik,"

"Gue kesana.."

"Anak lo...?" Tukas Dion,

Kevin berdecak "lupa gue,, ya udah besok gue kesana, habis nganter Alif sekolah,,"

"Oke." jawab Dion sekenanya, tak lama terdengar suara panggilan yang di putuskan.

Dion menghela napas, menyenderkan punggungnya di sandaran kursi. "Heran gue,, ada aja yang ngangguin hubungan mereka,," desahnya.

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang