Untuk Sebuah Nama #8

3.1K 213 0
                                    

*
*
Hilanglah sebuah anamah, saat rasa itu sudah di pahami.
Aku mengakui itu.
Jika Aku telah terpikat pada nya.
(ALI)
*
*

Prilly yang sejak tadi duduk disofa mendongkakkan wajahnya. Matanya mulai melirik kesana kemari, sudah sejak kembali kerumah ia tak melihat batang hidup suaminya. Sudah hampir satu jam dia berada diruang tamu tapi Ali belum juga muncul. 

Hingga akhirnya Prilly menutuskan untuk kekamar, saat sampai didepan kamar gadis itu seakan ragu untuk mendorong handle pintu, ia memutuskan untuk mengintip saja dari jendela kaca kecil di daun pintu kamar.

Prilly menukilkan kakinya, mendongkak wajahnya lebih tinggi. Dengan sekuat tenaga ia terus menukilkan kakinya agar bisa mengintip kedalam kamar, dan saat kakinya telah terjungkal dengan seluruh tenaga, tiba-tiba pintu yang disandarkannya terbuka.

Tubuh Prilly yang berkokoh di pintu ambruk begitu pintu itu tertarik kedalam, wajahnya mungkin akan membentur lantai jika tidak ditahan.

Ali memang sengaja menarik pintu itu saat ia tak segaja melihat kedatang Prilly dari balik kaca,   namun ia tak sangka kalau gadis itu akan ikut terjatuh saat ia menarik pintu. Dengan sigap Ali menahan tubuh Prilly.

"Lo ngapain ngintip-ngintip.?"

Gadis itu bergeming, dan membenarkan posisinya. Berdiri dengan tegap dihadapan Ali. "ngak, siapa yang ngintip." bantah Prilly dengan sedikit ketus.

"Terus kenapa ngak langsung masuk aja,?"

"Gue juga baru masuk, tapi lo asal tarik aja." Sahut Prilly mengeles.

"Oh, gitu." sahut Ali singkat.

Prilly berdeham pelan sambil berlalu masuk kedalam kamar.

Untaian senyum mengembang di kedua ujung bibir Ali, entah karena apa ? Mungkin Ali senang karena gadis itu tak lagi jutek seperti sebelum ia pergi keluar.

"Jalan-jalan yuk.! Mumpung libur." ajak Ali mendekati Prilly yang duduk di bibir tempat tidur mereka.

Prilly mengembung pipinya, berpikir sesaat. "kamana.?" tanyanya ragu.

"Y kemana aja, danau, taman, atau lo punya rekomendasi tempat gitu, yang bagus.?" ucap Ali menatap gadis itu penuh harap.

Prilly mengangguk "em, ya udah gimana kalau kita piknik aja, sekalian ajak teman lo yang lain" usul Prilly sumeringah.

"Piknik.?" gumam Ali berpikir sejanak "boleh juga.." sambungnya tersenyum. "Ya udah siap-siap gih, mumpung baru jam tiga.." suruh Ali pada istrinya yang masih duduk santai diatas ranjang.

"Tapi kita mau piknik dimana.? hari panas gini." keluh Prilly.

"Gue tau tempat yang cocok buat piknik, ya udah gue hubungin yang lain dulu, lo siap-siap sana.." kali ini titahan Ali di dengarkan, gadis itu beranjak dari tempat tidur.

"Ya," sahut Prilly dengan ambangan senyum tulus pada Ali.

Laki-laki itu menghembus napas lega, senyuman itu pertanda istrinya memang tak lagi ngambek. Spontan Ali mengapit kedua pipi chabi Prilly dengan telapak tangannya, membuat wajah itu mengembung kedepan.

"Dasar chabi bentot" ujar Ali gemas.

"Emm.." desah gadis itu menepis tangan Ali yang mengapit wajahnya "udah sana, katanya mau hubungi teman yang lain." usir Prilly datar dengan sedikit senyum.

"Ia.." sahut Ali yang kemudian berlalu dari kamar, meninggalkan Prilly yang senyam senyum sendri memandangi punggung Ali.

*************

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang