Untuk Sebuah Nama#37

2.2K 145 0
                                    

*
*
Untuk apa kebahagian itu di miliki, jika akhirnya akan melukai dia yang kita sayangi

Buat apa kebahagian itu kita dapati jika hanya sesaat kita dekapi.

*
*

Di kamar tamu, jauh dari keberadaan yang lain, rahang Rimba mengeras menahan emosi di ikuti mata elang yang tak lepas meneliti kotak hitam yang ada di atas meja, tepat di hadapannya.

Kotak itu berisikan tikus mati yang tercabik-cabik bersama foto Ali yang sudah berlumuran darah. Itu sebuah teror, dan siapa yang melakukan itu..? Hanya ada satu tujuan, dan itu yang membuat emosi di hati Rimba semakin membara, setelah Kirun yang masuk rumah sakit sekarang mereka sudah berani melangkah lebih jauh dengan menganggu Prilly.

Diruang tamu, Verrel yang lain sedang tegang menunggu kabar dari Ali yang masih di dalam kamar, didepan ruang tengah. Pesta telah selesai dan para tamu telah pulang, hanya beberapa teman Ali yang tinggal disana.

Pintu berbunyi seiring handle yang bergerak, tertarik dari dalam.

"Bagaimana keadaan Prilly,,,?" Tanya Verrel saat Ali baru keluar dari kamar dan menghampiri mereka yang sejak tadi menegang dalam diam masing-masing.

Ali menghela napasnya kasar "dia belum siuman, dokter masih memeriksa keadaannya.."

"Apa perlu kita bikin perhitungan sama mereka sekarang,,?" Gugat Andre tersulut kemarahan.

Ali menggeleng samar "gue yang akan buat perhitungan sama mereka.." gumamnya mengertakkan gigi nya yang rapat.

"Tenang lah, kita ngak tau sekarang dia di mana." sambung Wilona

"Gue akan cari tahu.." timpal Dion, "gue akan minta teman-teman gue buat cari tahu keberadaan mereka, di lubang semut sekalipun, kita akan temuin mereka.."

"Tapi apa kalian yakin itu ulah nya Dia,,? Kita ngak punya bukti.." Bastian masih memiliki tingkat sabar yang tinggi dari teman nya yang lain.

"Lalu siapa...? Karena cuma dia yang sekarang musuhin gue,, selain Rasya Cs.." ucap Ali memelan.

"Gue sih lebih mengarah ke dia,." timpal Andre.

Verrel mengernyit heran. "Tapi kok bisa Prilly se sock itu melihat bangkai, padahal itu cuma__"

"Atau emang selama ini dia udah teror.." potong Wilona menerka, Verrel menatapnya lurus, membenarkan apa yang mungkin di pikirkan Wilona.

"Ia, juga ya, Prilly kan bukan tipe yang mudah sock apa lagi sampai pingsan hanya karena hal sepele,," sela Kevin.

Andre menyodorkan Hp milik Prilly pada Ali, "Gue tadi cek Hp istri loe dan ada panggilan masuk dengan nomor tidak diketahui.."

Kemarahan itu semakin tersulut "Brengsek..!!" Sentak Ali berang.

Semua tahu bagaimana evilnya Ali saat marah sesungguhnya, jika bukan karena saat ini istrinya membutuhkan Ali disampingnya mungkin hidup laki-laki peneror itu akan berada di ujung tanduk.

'Ceklek..

Pintu kamar yang sejak tadi di tunggu terbuka, seorang dokter paru baya keluar dengan menenteng tas bok hitam di tangannya.

Dengan cepat Ali menghampiri sang dokter "Bagai mana keadaan istri saya dok..?" tanyanya hawatir.

Sang Dokter tersenyum simpu, "Dia masih belum siuman, sebaiknya kamu temani istri kamu, karena mungkin itu akan membuatnya lebih nyaman dan cepat siuman. Ada hal yang harus kamu tahu, bahwa kandungan  istri kamu.."

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang