Untuk Sebuah Nama #5

3.1K 234 0
                                    

*
*
Sejauh rasa yang belum bisa dipahami, hanya ada getar dan degup yang menuntun kata hati.
*
*

Mama Eci dan suaminya sudah duduk manis menanti putra dan menantu mereka diruang tengah. Dari kejauhan Ali menangkap sosok ayah nya, Tuan Syarief nampak berbincang-bincang serius dengan istrinya.

Ali menarik istrinya yang sejak tadi membuntutinya dari belakang kesampingnya, dan dengan romantisnya ia merangkul mesra Prilly saat kedua menghampiri mama dan papanya.

"Ada apa mama ?" tanya Ali datar "tumben." tambah Ali saat ia dan istrinya sudah berdiri didekat mama Eci

"Ada yang mau mama sama papa bicarakan sama kalian berdua, duduk lah." pinta mama Eci dengan lembut.

Ali dan Prilly duduk didepan mama Eci dan suaminya tuan Syarief yang menatap mereka serius, Prilly tau ini akan menjadi pembicaraan serius dan itu membuanya sedikit canggung karena sejak menikah dengan Ali ini pertama kalinya mereka berbincang serius dengan Mama Eci dan Tuan Syarief.

Laki-laki paru baya itu merogoh saku kemeja biru muda nya, ia mengeluarkan sebuah anak kunci dari sakunya "mama dan papa ingin memberi ini untuk kalian,"

"Ini kunci apaan.?" Tanya Ali bingung.

"Itu kunci rumah kalian, mama dan papa sudah sepakat kalau kalian harus pindah rumah, rumah ini sebagai hadiah pernikahan kalian dari mama dan papa." jelas mama Eci memandang putra putrinya dengan senyum sumeringah.

"Tapi ma._" Gumam Ali

Tuan syarief mengeleng, tanda tak menerima alasan apapun. "Kapan kamu mau dewasanya,,? Kamu itu sudah punya istri" tukasnya "papa juga akan merekomendasikan kamu dikantor, biar kamu bisa menghasilkan uang sendiri tanpa harus bergantung terus sama mama dan papa."

"Kamu setuju kan sayang, kamu sama Ali pindah rumah.?" Sela mama Eci menatap menatunya yang sejak tadi hanya diam.

Gadis itu tak mengangguk, hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. Tinggal dengan Ali, hanya berdua. Apa bisa ?  pikir Prilly, membuatnya menelan ludah dalam diam.

"Mantu papa pasti mau lah ma." sambung Tuan Syarief.

Ali menarik nafas panjang, menatap mama dan papanya bergantian. "baik lah, kalau mama sama papa maunya begitu, kita mau pindah rumah, tapi masalah pekerjan kita bahas itu nanti. Ali capek, istri Ali juga capek ! Kita mau istirahat." ujar Ali. Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya dan menarik lembut istrinya manuju kamar, meninggalkan mama dan papanya.

Sesampai di kamar Ali langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur yang empuk, laki-laki itu nampak terkejut dengan keputusan mama dan papanya.

"Mereka selalu membuat keputusan sendri tanpa bertanya dahulu, apa Ali mau,,? Setuju kah..,? Atau setidak nya mereka sekedar basa basi memberitahu ide mereka, jangan langsung memaksa". Pikiran Ali menerawang panjang.

"Lo ngak apa-apa.?" Tanya Prilly ragu, gadis itu duduk disamping Ali yang berbaring telentang.

"Lo mau kita pindah kerumah itu.?" Tanya Ali balik tanpa menjawab pertanyaan yang Prilly lontarkan padanya.

Prilly memanyunkan bibirnya tanda tak begitu setuju dengan kepindahan mereka "mau gimana lagi, itu udah keputusan nyokap bokap lo." sahutnya malas.

"Terus kenapa lo ngak protes.? kalau lo ngak mau setidaknya gue bisa bersikeras untuk menolak" oceh Ali.

"Ngak tega kali Li..!! mama sama papa lo pasti sudah merencanakan hal ini dari jauh-jauh hari" desah Prilly lesu.

"mereka mama papa lo jaga sekarang " sahut laki-laki itu beranjak bangkit dari baringnya dan duduk disamping Prilly, Ali menepuk bahu Prilly pelan "yang sabar aja ya.! Ini yang membuat kakak gue ngak betah dirumah, mereka selalu mengatur kami semau mereka tanpa bertanya apa kami senang atau tidak"

Untuk Sebuah Nama✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang