1. Mysterious Man

6.7K 548 205
                                    

👻👻👻

.

.

.

.

.


Yilay.

Entah kenapa gue sangat mencintai pria ini. Pria misterius yang selalu tampil di depan gue saat senja menyala redup di jendela sisi kiri kamar gue. Waktu itu gue masih kuliah semester 3 dan sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas akhir semester. Sisi kiri rumah gue adalah taman gersang dengan sedikit rumput namun pohon cemara yang dulu pernah ditanam kakek gue masih hidup rindang di sana. Dan di balik pohon itulah Yilay muncul. Ia mengenakan topi, masker, jaket, dan hampir seluruh pakaian yang ia kenakan adalah berwarna hitam.

Awalnya gue takut untuk menengok ke arahnya yang diam mematung mengamati jendela gue. Dan sialnya gue selalu pulang saat petang, tepat saat pria itu muncul. Benar saja, waktu gue pulang kuliah dan memasuki kamar lalu akan menutup jendela, gue melihatnya. Gue pikir dia orang gila. Dan hampir lebih dari seminggu gue mengabaikannya, mungkin saja dia akan pergi sendiri.

Tapi ternyata nggak.

Dengan rasa takut, gue akhirnya memberanikan diri buat menghampirinya. Jujur gue menyembunyikan sebuah cutter di kantung belakang celana gue, siapa tahu dia nyerang kan bahaya.

"Hai!" sapa gue sambil melambaikan tangan. Sumpah, tangan gue sebenernya gemetaran. Dia cuma diem dengan sorot mata tajam yang nggak menakutkan ternyata. Gue liat sekilas dadanya kembang kempis saat gue menghampirinya. Gue nggak bisa liat ekspresi wajahnya karena ketutup masker.

"Ti.. Tinggal di sekitar sini?" tanya gue gugup. Dia cuma diem sambil liatin gue. Gue cuma berharap dia emang tetangga gue yang belum pernah gue kenal.

Gue nyoba julurin tangan buat salaman sama dia, tapi dia malah mundur. Takut apa sama gue?

"Kenalin aku Alice!" gue masih berusaha setidaknya untuk tenang supaya dia nggak kabur.

Tapi ternyata dia malah pergi, dia lari dari pekarangan rumah gue ke jalan setapak yang entah kemana. Gue tahu, kakek emang suka beli tanah buat berkebun. Dan tepat di belakang rumah nenek ini adalah kebun. Tapi dulu, sebelum kakek gue meninggal. Sekarang gersang dan hanya ditumbuhi ilalang nggak jelas.

Oke, dia kabur dan gue merasa lega. Gue harap nggak akan nemuin dia lagi. Sumpah, kehadirannya itu udah buat gue merinding setiap nengok keluar jendela.

Tapi udah lah, dia udah pergi juga kan?

***

Pagi ini gue bersiap untuk pergi kerja part time sebagai pegawai kasir di minimarket nggak jauh dari kampus gue. Lumayan, habis kerja bisa langsung pergi ke kelas tepat waktu karena deket. Di rumah cuma gue yang kerja. Nenek cuma di rumah sambil rajut-rajut bikin taplak, hiasan dinding, atau bentuk apa aja buat dijual. Itu pun kalau laku. Semua bahan masak diambil dari kebun tetangga yang emang baik hati. Waktu mereka panen atau lagi petik sayur, nenek gue pasti dapet jatah.

Keluarga gue pun sebenernya keturunan darah seni, gue bisa jual 2 lukisan per minggu itu udah lumayan banget. Papah dulu pelukis dan mamah itu pengrajin tembikar. Gue yang sebagai keturunannya ini cuma bisa mewarisi bakat mereka. Tapi tidak untuk kasih sayang. Orang tua gue cerai dan milih ninggalin gue hidup bareng nenek yang udah sangat tua ini. Beliau tahun ini udah menginjak umur 82 tahun, hebatnya mata nenek itu masih awas buat ngerajut. Katanya sih gampang, tapi waktu gue coba itu susah banget.

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang