47. Lost

677 72 17
                                    

🍁🍁🍁

.

.

.

Aku mengajak Ae keluar dari kamar Sesil karena dia menangis terus. Pipinya yang gembul sampai bisa menyembunyikan hidungnya. Kuraih tangan mungilnya untuk menyalurkan kehangatan.

Setelah kami sampai di rumah tunangan Sesil, wanita itu tidak sadar kembali. Bahkan Kak Irene mencoba untuk memeriksanya dan hasilnya juga nihil. Clark tadi sempat bilang jika Sesil ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Alice!" panggil Mas Yilay. Aku segera menoleh dan beberapa orang lainnya menyusul keluar dari kamar. Kecuali Young yang tadi memang tidak masuk. Ia bahkan menunggu di luar rumah.

"Ae butuh tempat yang nyaman untuk tidur." katanya.

"Tapi jangan di sini, Mas. Aku takut merepotkan." ucapku diam-diam.

"Tinggallah!" Aku mendengar Clark berbicara. Dia baru saja keluar dari kamar Sesil.

"Maaf untuk sebelumnya jika aku menakutinya," Clark menyinggung wajah ketakutanku saat kami di hutan. "-aku sangat khawatir dengannya." Yang ia maksud adalah Sesil. Ya, karena Sesil adalah tunangannya.

"Yilay! Bolehkah aku menebus kesalahanku?" Ia menawar pada suamiku.

"Rumahku tidak besar. Tapi sebaiknya kalian beristirahat untuk malam ini." Clark bahkan merendahkan dirinya. Walau rumah ini tidak bertingkat, aku bisa melihat 3 pintu kamar dari sini. Dapur dan juga ruang tengah. Mungkin juga ada kamar-kamar yang lain. Bagaimana rumah ini disebut tidak besar?

"Kami hanya butuh mengistirahatkan para wanita dan bayiku." kata Mas Yilay. Dia bahkan juga terlihat kuyu dan lelah.

"Tinggallah! Aku ingin kau melindungi Sesil." Pinta Clark sembari menjabat tangan Mas Yilay dengan paksa. Ia menunjukkan wajah yang khawatir. Aku tidak tahu kenapa Mas Yilay diminta untuk melindungi tunangannya.

"Maksudmu?" Tanya Mas Yilay.

"Ses... Em.. Maksudku..." Clark terlihat gugup. Ia mendekatkan diri dengan Mas Yilay.

"Kau tahu? Sesil punya kemampuan khusus dan dia sekarat. Aku takut makhluk lain atau mungkin penyihir mengincarnya. Tolonglah!" ucap Clark berbisik dengan keras.

"Kenapa harus aku? Bagaimana dengan dirimu? Kau tunangannya, kan?" Sergah Mas Yilay.

"Anggaplah ini sebagai pekerjaan. Aku bisa membiarkan kalian untuk tinggal di sini sampai kapan pun."

Mas Yilay menyingkirkan tangan Clark dan melangkah mundur darinya.

"Tidak bisa." tolak Mas Yilay.

"Tolonglah!" bujuk Clark lagi.

"Yilay!"

Kak Irene sepertinya setuju dengan perkataan Clark barusan.

"Maaf, tapi aku hanya ingin menyelamatkan istri dan anakku. Aku hanya menerima penawaran pertama. Besok kami akan pergi."

"Yilay! Tidak bisakah kau pikirkan kembali?" Clark sampai memohon-mohon kepada Mas Yilay. Aku jadi kasihan. Kenapa Mas Yilay begitu egois, tidak mau membantu orang lain.

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang