Maaf bahasanya jadi BAKU. Enjoy!
.
.
.
🌼🌼🌼
.
.
.
.
.
"Mama!"
Seseorang berteriak di belakangku. Aku menoleh dan berbalik untuk melihatnya, namun aku tidak menemukan sosok itu.
"Ma, aku di sini."
Suara itu dekat di telingaku dan tiba-tiba saja sosok itu memeluk kakiku.
Aku menunduk untuk melihatnya. Kuusap rambutnya yang bertekstur mirip Mas Yilay. Hitam, lembut, dan tebal.
"Siapa yang bersamamu?" aku memeriksa sekitarnya dan tidak ada siapapun yang mengantarnya. Hanya hutan belantara hijau yang sedikit terpapar sinar matahari.
Dia menggeleng. Mengusap-usapkan wajahnya di permukaan bajuku.
"Jangan pergi!" ucapnya sambil terisak. Rupanya dia menangis.
Hatiku tercubit melihatnya. Aku turun berjongkok lalu memeluknya. Kupeluk dia sambil kuucapkan kata-kata penenang untuknya.
"Aku sayang Mama!" ungkapnya sambil mengusap kedua matanya. Dia terlihat seperti diriku yang dulu. Aku jadi teringat Mama juga.
Aku mengerucutkan bibirku menahan tangis yang sama untuknya.
"Aku selalu melihat Mama menangis. Aku ingin mengobati tangismu, Ma. Tolong maafkan Papa. Aku juga menyayanginya." Ia mengakhiri kalimatnya dengan mimik wajah yang membuatku gemas.
Aku memegangi kedua pipi bulatnya yang setengah basah karena air matanya.
"Tidak apa-apa, Sayang. Itu karena Mama terlalu sayang sama kamu. Papa ... Papa kamu hanya khawatir kehilangan salah satu dari kita." ucapku memberikan senyum padanya. Sepertinya tangisnya mulai tenang.
"Sudah ya. Jangan menangis lagi!" Lalu ia mengangguk. Aku memijat lengannya dan menepuk sedikit demi sedikit bajunya yang kusut. Sosok mungil ini menggemaskan sekali.
"Mama harus pergi denganku!" rengeknya sambil menarik tanganku.
"Kemana?" tanyaku.
"Antar aku bertemu Papa!" pintanya antusias. Dia semakin kencang menarik tanganku.
Tunggu! Bertemu Papa? Artinya bertemu Mas Yilay?
"Tapi sayang.... " terangku meragu.
Hiks! Rengeknya hampir menangis.
Aku merasakan emosi lain merasuki diriku.
"Aku datang karena kalian berdua. Aku juga ingin bertemu dengan kalian berdua. Tidak hanya Mama di penglihatanku tapi juga ada Papa di sampingmu."
Mendadak kilatan merah muncul di kedua bola matanya. Hal itu mengingatkan aku pada seseorang yang mengisi hari-hariku beberapa tahun belakangan ini.
"Mama!" panggilnya sambil menarik tanganku kuat-kuat. Namun tubuhku begitu berat untuk bergerak. Sepertinya kakiku tidak sanggup untuk kuangkat seinci pun. Bagaimana ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
FanficSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...