Epilog

521 40 24
                                    

💜💜💜

.

.

.

.

.

2 next year

Alice, kehidupannya mulai terlihat normal. Althea sudah mulai belajar berbicara dan berjalan. Menggemaskan.

Tidak ada perilaku yang aneh dari anak itu. Ia berharap garis keturunannya sama seperti manusia pada umumnya. Beranjak dewasa dan hidup bahagia. Cukup dirinya saja yang merasakan pelik dan anehnya berbaur dengan kehidupan vampir.

Omong-omong soal vampir, sejak hari itu sosok mereka perlahan mulai menghilang. Bahkan kini ia tinggal di permukiman yang tak jauh dari kota. Kehidupannya juga dikelilingi oleh banyak manusia.

Alice kembali bekerja, namun kali ini ia membuka bisnis kerajinan di rumah. Bakat lukisnya masih menggores dengan indah, karena itu ia memanfaatkannya untuk memperoleh uang.

Yilay di tahun pertamanya pasca kehilangan ingatan, ia hanya di rumah saja. Ia masih mencoba mengukir ingatannya kembali setelah hilang secara abadi. Sayang, karena kejadian naas itu ayahnya tak berhasil mengembalikan ingatannya apapun.

Ia menikahi wanita yang sama untuk kedua kalinya. Ini syarat, karena ia harus memulainya dari awal.

Bagaimana dengan perasaannya?

Yilay sendiri bahkan tidak menyangka memiliki ketertarikan yang luar biasa kepada Alice. Tiap hari ia hanya bisa tersenyum saat melihat wajahnya. Ia bahkan lupa jika dirinya masih mengalir darah vampir. Sudah hampir 2 tahun dia tak menyentuh ataupun mencicipi darah sama sekali. Baik dari manusia ataupun hewan. Ia hanya ingin berada di sisi Alice.

Namun ia lupa, jika umur Alice tidak akan sama seperti dirinya.

***

"Mas!"

Alice sudah berusaha untuk tak teriak terlalu kencang karena kamar putri mereka ada di sebelah ruangannya.

"Ah, maaf."

"Jangan buru-buru, aku khawatir Ae bangun."

"Oke, Mas pelan."

Senyum berbentuk bulan sabit melekuk di mata Alice. Sejauh ini hubungan asmara mereka jauh lebih baik dari pernikahan mereka sebelum insiden itu.

Tak ada cekcok.

Tak ada rahasia.

Tak ada hal-hal aneh yang mengganggu mereka.

Sejak mereka di pulangkan dari tempat misterius itu dan memilih untuk pindah rumah, Alice sudah memikirkan dengan matang bagaimana mereka akan hidup.

Tak masalah jika dirinya harus mencari nafkah, mungkin hidup sederhana saja cukup untuk membuatnya bahagia.

Pagi hari sekali, Alice sudah sibuk untuk menyiapkan sarapan. Terlebih untuk putri kecilnya yang mulai belajar mengenal macam-macam sayuran. Siaran masak di Televisi pun menemaninya di dapur.

"Selamat pagi!" sapa suaminya yang baru saja bangun.

Alice menoleh lalu tersenyum untuk membalasnya. Ia masih memegang blender untuk membuat jus wortel untuk Althea.

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang