19. Normal Daily ?

2.5K 223 64
                                    

👻👻👻

.

.

.

.

.

Pagi ini terasa dingin dan agak mendung. Masih jam 5, dan Kinan kebetulan juga terbangun. Hanya secangkir susu coklat hangat miliknya dan secangkir teh hangat milikku yang menemani kami bercengkrama di dapur. Kompor masih menyala, menunggu seliter air hangat untuk di kecil mandi atau mungkin hanya membasuh muka saja. Cuaca sepertinya lumayan nggak bersahabat. Beberapa kali tubuh gue meremang mendapati angin semilir yang menembus celah ventilasi ruangan ini.

"Papah Yilay kok belum pulang?" tanyanya masih dengan sebutan terakhir yang dia buat sendiri.

Semenjak bangun tidur, Kinan selalu menanyakan keberadaan Mas Yilay entah di mana. Gue juga nggak tau. Herannya dia nggak biasanya mengingkari janjinya sendiri untuk kembali tepat waktu. Panggilan seluler yang udah gue layangkan beberapa kali juga masih di luar jangkauan. Jujur gue semakin cemas.

Tok.. Tok.. Tok..

Gue tercekat mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras itu. Kira-kira, siapa yang pagi-pagi bertamu? Apa itu Mas Yilay yang dateng? Masa harus ketuk pintu sampai segitunya?

Gue curiga...

"Kinan tunggu sini ya? Jangan kemana-mana dan jangan sentuh apapun!" titah gue sebelum pergi meninggalkan bocah itu di dapur sendirian.

Ceklek!

"Iya, siapa ya-.... Ah, Anda?"

Gue terkaget melihat siapa yang dateng kali ini. Perasaan gue nggak enak. Gue nggak mau kehilangan kebahagiaan ini diambil begitu cepat.

"Pak.."

"Mana Kinan?" ucapnya ketus memotong perkataan gue.

Gue masih bingung dan dia langsung masuk begitu saja.

Gue masih bingung dan dia langsung masuk begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia di dapur. Tapi Pak Yona, bukannya masih ada 2 hari lagi Kinan di sini?" ucap gue sambil menahan langkah Pak Yona sebelum dia bener-bener nemuin Kinan. Bukannya gue nggak mau anak itu ketemu Bapaknya, tapi gue pengin bersama dengan anak itu lebih lama.

"Saya ada kepentingan. Beresin barang-barang anak saya!"

"Tapi Pak?"

Plak!

"Aduh!" gue mengaduh setelah Pak Yona menangkis dengan keras tangan yang narik lengannya tadi. Mungkin menurutnya kurang sopan, memegang anggota tubuhnya tanpa ijin. Tapi bukannya dia yang lebih nggak sopan masuk rumah orang sembarangan. Bahkan tanpa mengucap permisi dan etikat baik.

"Saya mau ambil Kinan sekarang! Kamu ini kenapa? Susah ya cuma beresin barang-barangnya?"

"Maaf Pak, bukan gitu. Bapak yang tiba-tiba datang dan nggak ngabarin saya. Saya cuma heran aja."

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang