43. Happy First Day, My Sweety!

1.2K 127 24
                                    

👻👻👻

.

.

.

.

.


Tepat pukul 3 dini hari, suara tangis indah itu menggelegar di rumah kami.

Aku terkapar lemas di atas ranjangku dengan keringat mengucur deras di sekujur tubuhku.

Ngilu saat aku teringat kembali usaha terakhirku untuk mengeluarkan anak manis itu.

"Peluk dia seperti ini, Lice." titah dokter Sesil mengolah bentuk tanganku.

Tubuh polos berselimut itu menempel di dadaku. Ia seakan ingin merangkak mencari sesuatu.

Jujur, dia tidak seseram bayi vampir yang aku bayangkan selama ini.

Mungkin lebih baik aku membayangkan bayi Bella Swan yang kukira dia akan seperti itu.

"Ae~" undangku gemas padanya. Dia hanya menggeliat merespon panggilanku.

Lucunya ....

Bahkan dengan malasnya dia hanya memejamkan mata.

Apa dia takut melihat dunia ini?

"Dia menggodamu." ujar Mas Yilay setelah kembali membantu membereskan kekacauanku tadi saat melahirkan.

Mas Yilay tampak tersenyum manis sambil mendekatkan wajahnya pada si Yilay ciliknya itu.

"Maksud Mas, dia menggodaku dengan memejamkan matanya? Benarkah?"

Pertanyaan polosku barusan hanya dibalas senyuman olehnya. Mas Yilay lalu mengusap rambut di kepalaku. Ia juga menyium gadis kecil ini baru kemudian menyiumku.

"Visibilitas penglihatannya sudah lebih dari 100%. Dia bahkan bisa melihatmu dari balik perutmu. Walaupun dengan mata yang terpejam."

"Keren...." decihku kagum.

Ternyata hal itu yang membuatnya berbeda dari bayi yang lain. Walaupun secara fisik tidaklah beda jauh. Mungkin yang aku takutkan jika anakku ini akan tumbuh taring.

Dia menyedot putingku dengan kuat. Awalnya aku takut akan sakit. Tapi dia benar-benar tahu perasaanku dan mengatur potensi isapannya lebih pelan.

"Apa dia persis seperti yang kau lihat?" Mas Yilay mendekat dan menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku berusaha memainkan jari-jari mungilnya yang amat lentik.

"Ya... Aku tahu dia perempuan makanya kupanggil dia Ae."

"Memang Ae artinya apa?"

"Tidak apa-apa sih. Hanya aku senang saja memanggilnya begitu."

"Bagaimana kalau kita memberinya nama? Aku berpikir untuk memulainya dengan huruf A seperti namamu."

Pipiku langsung bersemu malu mendengarnya. Seakan-akan namaku ini terlalu istimewa. Aku mulai besar kepala jadinya.

"... Kamu penyembuh Mama...."

Di kepalaku terngiang kata-kata yang kuucapkan saat di dalam mimpi sebelumnya.

"Mas!" sontak aku langsung memegangi tangannya yang sedang mengusap punggung anaknya di dadaku.

"Pinjam Hape-mu, Mas!"

Mas Yilay yang tampak bingung dengan permintaanku langsung mengeluarkan ponsel dari kantung celananya dan memberikannya padaku.

"Buat apa?" tanyanya penasaran.

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang