👻👻👻
.
.
.
.
.
"O'Sean! Bangun lo!"
***
Setelah kejadian pria yang tidur di dalam lemari, akhirnya Kak Irene mengakui. Pria itu bukan sembarang orang. Parahnya dia datang karena ngikutin Kak Irene.
"Tunangan?" kaget gue dan Mas Yilay bersamaan.
"Iya. Ini sebenernya ide Papi sih. Dia itu-" sambil nunjuk pria yang ia sebut namanya O'Sean.
"bahkan baru aja jadi vampir. Papi sengaja hubungin gue sama dia. Makanya dia ngikutin gue terus." terangnya berlanjut.
"Maksudnya baru aja jadi vampir?" gur menyela sambil berbisik. Tapi Mas Yilay nyenggol gue dan deketin mulutnya di samping kepala gue.
"Dia udah mati, tapi karena digigit vampir dia bangkit lagi."
"Ah, kayak di film-film ya Mas?" sahut gue menghubungkan. Dia pun ngangguk.
Gue yang barusan mendengar pria ini sebenarnya 'mati', membuat gue takut pada sosoknya. Dia pun nggak bereaksi apapun. Diam seperti patung sambil ngeliatin kami.
"Kok dia bisa mati?"
Opps! Gue kayaknya terlalu keras. Gue langsung nutupin mulut gue. Lebih takut lagi kalau emang dia denger lalu nyerang gue karena tersindir. Tapi kayaknya dia nggak denger. Sikapnya masih datar-datar aja.
"Orang kaya. Biasa, overdosis dia." sahut Kak Irene jawab rasa penasaran gue.
"Lalu kenapa Papi mau tunangin Kakak sama dia?" lalu Mas Yilay nyambung gitu aja.
Kak Irene diem aja. Malah kesan nyebelin dan seramnya yang tadi sempat melayang di kepala gue beralih menjadi simpati. Dia keliatan nggak suka dengan ini.
"Oke. Pokoknya Papi juga yang bikin dia jadi vampir." ucapnya tuntas lalu bangkit dari duduknya di sofa beralih ke kamar yang gue tunjuk sebelumnya.
"Udah, jangan ganggu gue! Kalian lakuin apapun sesuka kalian. Gue mau sendiri."
Brak!
Gue berkedip saat Kak Irene menutup pintu lumayan keras.
Aneh. Kayak ada sesuatu yang dia tutupin.
Kenapa dia kesannya nggak suka dengan perjodohannya. Yah, secara manusia juga nggak suka dijodoh-jodohin. Tapi dengan kejadian ini gue jadi tahu, vampir juga menganut adat Siti Nurbaya.
"Aneh...-" gue melengos ke arah Mas Yilay yang bergumam sendiri.
"Sayangnya aku nggak bisa tau apa yang dia pikirkan."
"Mas?" panggil gue yang langsung menyadarkannya. Dia melihat ke arah gue dengan wajah yang bingung. Sama ketika ia melihat kakaknya pergi dan membanting pintu.
"Mas nggak papa?"
"Enggak. Balik ke kamar yuk!" Mas Yilay langsung narik tangan gue dan beranjak dari tempat duduk empuk gue.
"Tapi dia Mas?" sela gue nunjuk pria tadi.
"Nggak papa. Biarin dia lakuin apa yang dia mau."
"Tidurnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
Hayran KurguSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...