💮💮💮
[Jika ingin bertemu mereka, aku harus menjadi seorang vampir pun aku rela. - Alice]
.
.
.
.
.
"Kau serius ingin jadi vampir?" ungkap Baek memelongohkan rahangnya. Ia tampak kaget dengan omonganku barusan. Aku pun mengangguk.
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain Ae dan Mas Yilay. Aku pikir, jika saja aku jadi vampir aku bisa menyelamatkan mereka." ungkapku menjelaskan tujuan sebenarnya keinginanku tadi.
Baek menggelengkan kepalanya dan menghadapkan tubuhnya ke arahku. Terlihat kepalanya tadi tidak terluka, hanya percikan darah yang menempel di sana. Ia menjelaskan tadi.
"Kau tidak tahu seberapa banyak mereka, Lice. Kita hanya bertiga."
Aku mencebikkan bibirku. Semangatku perlahan kendor.
"Butuh 8 tahun Yilay kabur dari mereka." Baekhyun menjelaskan lagi. Ia juga bisa merasa sedih.
"Kau tidak tahu bagaimana perjalanan dan usaha keras Yilay selama ini. Dia malang. Sangat... malang."
"Untuk itu aku mengalah untuk memiliki dirimu. Aku pikir kau sadar itu."
Baek terus-terusan menghujamiku dengan kebenaran yang menyakitkanku. Hatiku robek lagi. Perlahan aku mengisakkan tangisku.
Terkadang aku tidak pantas berada di Sisi Yilay. Tapi di sisi lain Yilay membutuhkanku. Atau aku saja yang membutuhkannya. Tapi sekarang aku merindukannya.
Aku memeluk kedua lututku sambil kumainkan jari-jariku gelisah, berusaha untuk berhenti menangis, namun tidak bisa. Bagaimana aku bisa diam saja di sini sedangkan kedua orang yang aku cintai berada dalam bahaya sekarang?
"Aku ingin ke sana." Ucapku yang tiba-tiba langsung berkesiap. Aku berdiri dan Baek mengikutiku.
"Alice?" Baek memelototiku karena keberanianku. Tapi mungkin saja karena keputusanku yang bodoh. Aku bahkan takut menonton film horor tapi seolah-olah ingin menghadapi vampir sendirian?
"Aku ikut." Clark tiba-tiba berceletuk. Aku dan Baek sama-sama menoleh pada Clark. Tidak ada jalan lain selain pergi ke sana.
"Aku pikir selama kita bersama-sama itu lebih aman. Aku juga ingin segera menyelamatkan Sesil." jelas clark menerangkan tujuannya.
"Kau bisa memegang kata-katamu?" Baek mencoba meyakinkan pendapatnya. Sedari mereka bertemu Clark tidak pernah berbicara bijak seperti ini.
"Aku hanya merasa aman jika bersama dengan Alice. Mungkin alasan pertama Yilay mendekatimu adalah keselamatannya."
Aku dan mungkin bahkan Baek tidak mengerti apa yang pria berwajah kotak ini bicarakan. Baek juga memasang wajah yang kaget sama sepertiku.
"Apa maksudmu?" Tiba-tiba Baek menarik kaus Clark hingga dada mereka saling berhimpit.
"Baek!" Reflek aku mencoba memisahkan mereka.
"Apa kau ingin menjadikan Alice umpan?" Hardik Baekhyun.
"Bukan! Bukan maksudku seperti itu, Baek." Clark mencoba membela diri dan berusaha melepaskan cengkraman Baek. Yang ternyata reaksinya menumbuhkan kuku-kuku panjangnya.
Aku juga tidak berusaha menuduh Clark dengan jelek. Mungkin dia ada maksud lain. Aku terus berusaha berpikir positif. Lagi pula dia bersamaku sewaktu aku pingsan dan dalam keadaan sehat-sehat saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
Fiksi PenggemarSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...