👻👻👻
.
.
.
.
.
Gue kini berada dalam titik terendah dalam hidup gue. Gue yang mulanya hidup bahagia dengan nenek dan memiliki tujuan sekarang hanya sendiri, sepi di rumah peninggalannya ini dan dirundung keputusasaan.
Jangan tanyakan Yilay di mana setelah gue bener-bener kesal dengan perbuatannya. Gue kesal bukan benci. Kenapa dia harus berbuat seperti itu hanya demi...
Ah mungkin gue nggak akan bahas itu lagi.
Dia tetep dateng ke rumah buat minta maaf ke gue. Gue tahu niatnya emang baik. Tapi sekarang gue butuh sendiri, gue pengen merefleksikan hidup gue untuk ke depannya mau gimana. Nenek bahkan baru tidur nyenyak di pembaringan abadinya beberapa jam yang lalu tapi Yilay tetap bersikukuh buat nemuin gue dan membicarakan hubungan kita.
Oke dia ngotot banget pengen nikahin gue secepatnya. Tapi tidak bisakah dia memahami keadaan gue sekarang?
Gue sedang berduka!
Untuk apa dia membahas pernikahan yang seharusnya dirayakan dengan sukacita sedangkan gue baru saja kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup gue?
Nenek,
Dia yang udah membesarkan gue dari kecil.
Dia yang udah membimbing gue dalam menerima keadaan hidup.
Dia yang telah membiayai hidup gue.
Dia segalanya bagi gue lebih dari orang tua gue sendiri yang tega ninggalin gue.
Jika saja suatu hari nanti gue ketemu dengan orang tua gue, gue nggak akan memaafkan mereka. Mereka bahkan sama sekali nggak kembali bahkan setelah mendengar kabar nenek meninggal.
Dan sekarang Yilay berusaha membujuk gue dengan segala alasannya. Gue nggak memperkenankan dia masuk ke rumah. Kami hanya duduk di kursi teras dengan pemandangan langit sudah berwarna kekuningan dan tandanya matahari akan segera terbenam.
"Alice, saya harus bagaimana lagi buat kamu setuju dengan permintaan saya?" Yilay hampir aja bangkit dari duduknya menahan emosi. Dia terus saja mengoceh tentang kebahagian dan masa depan gue bersamanya. Tapi gue nggak nanggepin apa-apa selain,
"Aku butuh waktu." ucap gue masih dengan kepala menunduk sembari memainkan jemari di pangkuan gue. Gerumulan hati dari rasa kehilangan sekaligus bersalah kepada nenek membuat gue ragu untuk menikah. Bahkan setelah Yilay meniduri gue. Oke itu bukan salah dia sepenuhnya, gue juga. Cuma nurutin keinginan gue dan rasa penasaran gue pada sosok Yilay membuat gue menjatuhkan diri sendiri dengan amat sakit.
"Kamu nggak bisa selamanya begini Alice! Saya..."
"Aku pengen ketemu orang tua kamu dulu." celetuk gue menyela Yilay yang mulai mengoceh lagi. Gue memandang Yilay dengan penuh harap supaya permintaan gue terkabul. Anggep aja gue nggak punya orang tua, dengan gue pengen ketemu orang tua Yilay mungkin saja gue bisa mendapatkan kasih sayang yang lain. Tapi jika saja ternyata gue menyetujui nikah sama Yilay namun orang tuanya nggak setuju, lebih baik gue mundur.
"Kenapa?" gue mengamati Yilay yang mulai gelisah sejak gue mengungkapkan permintaan gue.
"Saya nggak punya orang tua." ucapnya kemudian menatap gue. Gue rasa dia jujur.
"Mereka meninggal atau," gue berusaha buat nggak menyinggung perasaannya. "atau sama seperti orang tua aku yang ninggalin anaknya?" lanjut gue tanpa basa-basi.
![](https://img.wattpad.com/cover/136660766-288-k964679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
Hayran KurguSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...