👻👻👻
.
.
.
.
.
"Tidak, aku benar-benar tidak percaya kau ingin membunuh istrimu sendiri, Yilay? Aku kira waktu itu kau..." belum sampai semuanya terlontar dengan gamblang, dokter itu mengatupkan mulutnya sendiri dengan cepat.
Sepertinya ia salah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ia ucapkan di saat Alice ada di depannya.
***
Yilay menyusul istrinya yang sekonyong-konyong keluar dari ruangan dokter. Alice terburu kesal sebelum semuanya dikonfirmasi dengan jelas.
"Alice, dengerin Mas dulu!" ucap Yilay sesekali meraih lengan wanita itu agar berhenti menghindar darinya.
"Nggak! Mas nggak konsisten sama omongan Mas!" marah Alice tak mau berpaling sebentar saja menghadap suaminya.
Yilay mencoba sabar. Ia memutar otak untuk menjelaskan permasalahan dengan halus agar wanitanya tidak salah paham. Ia tahu watak Alice memang agak ngeyel dan susah untuk diberi tahu.
Menghindari hiruk pikuk dalam lorong rumah sakit, Yilay mengajak Alice ke taman. Setidaknya orang-orang tidak dapat mendengar perdebatan non human yang akan Yilay sampaikan.
Di bangku taman yang lumayan lengang Yilay mulai mengurai suaranya. "Maafin Mas, Sayang! Mas nggak bermaksud jahat sama kamu."
"Tapi emang bener kan Mas, aku akan mati?" ungkap Alice berspekulasi. Ia menangis tersedu-sedu setelah dari tadi ia tahan.
"Mas bilang semuanya baik-baik aja. Mas bilang Mas akan bantuin aku. Mas selalu ada buat aku. Itu cuma buat nutup-nutupin kenyataannya kan? Dan pada akhirnya aku juga yang jadi korbannya?" Kali ini tangisannya pecah hingga Alice harus menutupi mukanya sendiri. Yilay yang duduk di sebelahnya serasa mati gaya. Ia tak acuh maka ia jadi jahat. Ia acuh pun ia salah lagi. Yilay serba salah sekarang.
Jadi untuk mengurai gejolak di antara ia dengan istrinya, Yilay perlahan memeluk Alice dari samping. Ia memegang pundaknya walaupun sebenarnya ia takut mendapatkan penolakan lagi, namun untungnya Alice tidak merespon apapun.
Sempat terlintas di dalam benaknya, wanita ini sungguh unik. Dia sendiri yang meminta hamil, tapi ia juga menyalahkan Yilay yang memberikan kehidupan kecil di pusat tubuhnya.
"Alice!" panggil Yilay perlahan. Ia mencoba berbicara selembut mungkin.
"Ketimbang kamu yang mati, lebih baik Mas aja yang gantiin kamu. Mas nggak mungkin biarin kamu berada pada keputusan yang salah. Mas yang bersalah dari awal,"
Angin berhembus sepoi-sepoi saat Yilay menunda kalimatnya.
"Seharusnya aku nggak minta hamil." sekat Alice dengan suaranya yang parau.
"Bukan Alice. Kamu memang berhak buat hamil. Masalahnya...." Yilay menghirup napas dalam-dalam. "salah Mas yang sangat ambisius buat ketemu sama kamu. Akhirnya Mas jatuh cinta. Karena sangat jauh memendam rasa, Mas lakukan apapun agar bisa hidup sama kamu. Termasuk kejadian di rumah pohon waktu itu. Mas bener-bener minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
FanfictionSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...