26. Stay There

1.9K 207 105
                                    

👻👻👻

.

.

.

.

.

Tinggal 2 jam lagi.

Gue terbaring kikuk di ranjang perawatan rumah sakit tempat gue memeriksakan kandungan semalem. Pikiran-pikiran gue bernyanyi bagaikan orkestra tanpa akhir. Gue gelisah, takut dan sedih.

Bagaimana tidak?

Sebentar lagi perawat akan membawaku ke ruangan tempat gue mengeluarkan calon bayi gue.

Janin gue rusak hanya karena sebuah saos bolognaise yang kaya akan tomat.

Bodohnya gue kenapa nggak teliti memilah suatu makanan?

Lebih bodohnya lagi gue memakannya dengan lahap yang seharusnya gue tahu kalau itu adalah rasa sebuah tomat. Entah kenapa pikiran gue blank saat menikmati makanan itu?

Sejak semalam gue emang menangis beberapa kali dan beberapa kali juga mereka menenangkan gue. Entah itu Kak Irene ataupun Baek yang rela tutup toko karena gue hari ini.

Dan selama semalaman gue nggak ngeliat rupa Mas Yilay di samping gue. Nggak ada.

Please, gue butuh dia. Kenapa sih dia harus ngilang kayak gini?

Gue mengusap bawah mata gue yang mulai basah lagi. Dada gue terasa sesak sejak tadi. Nggak ada kata penghibur buat gue. Misalnya saja ternyata janin gue masih bisa bertahan hidup.

"Nyonya Anderson!"

Seorang dokter yang sama datang lagi menemui gue. Dia dokter yang memeriksa gue pertama kali. Dia memperkenalkan dirinya sebagai dokter Sesilia. Dia cantik dengan lekukan bibirnya yang menawan, gue cemburu. Bahkan saat dia tersenyum.

Dia duduk di kursi dekat ranjang gue yang memang disediakan di sana untuk siapapun yang menjenguk gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia duduk di kursi dekat ranjang gue yang memang disediakan di sana untuk siapapun yang menjenguk gue.

Sebelum bicara dia berdeham terlebih dahulu. Sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

"Em.. Alice? Bolehkah aku memanggilmu begitu?" dia berusaha akrab pada gue. Gue mengangguk dan artinya itu boleh.

"Aku sedang pada jam istirahat. Aku ingin mengobrol denganmu sebentar." tanyanya dengan sopan. Dia masih kikuk berbicara dengan gue.

"Tentang apa?" sahut gue mendeteksi. Mungkin dia ingin tahu kenapa gue menikahi vampir.

"Aku tahu bagaimana rasanya menjadi manusia setengah makhluk lain." ucapnya pelan. Seperti dia tidak ingin seseorang yang lain tahu. Apa maksudnya tadi? Apa dia juga setengah makhluk asing?

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang