👻👻👻
.
.
.
.
.
Udah 2 hari Kinan nginep di rumah kami. Dia udah nggak rewel ataupun suka nangis-nangis kalau ketemu sama Mas Yilay. Mereka emang belum akur, tapi yang gue takutin sekarang Kinan semakin berani sama Mas Yilay. Bahkan anak kecil berusia 5 tahun itu bisa dengan bahagianya jahilin Mas Yilay dengan segala cara. Walaupun di waktu makan sekalipun.
Gue juga heran Mas Yilay bukannya bersikap dewasa malah ikut-ikutan jahil. Bahkan mereka berebut paha ayam di meja makan waktu makan siang tadi. Kinan menang dengan gigit tangan Mas Yilay. Gue pikir rumah ini udah kayak taman kanak-kanak kedua gue setelah tempat ngajar. Dan walaupun muridnya cuma 2 tapi gue kayak lagi ngajar 50 anak. Berisik banget. Udah mainan Kinan berserakan kemana-mana, yang buat gue tambah pusing tiap jalan selalu nyandung salah satu mainannya. Di meja makan, di depan TV, di kamar mandi, di tempat pencucian, di bawah meja, di atas sofa, di teras depan, sampai ke kasur gue juga ada. Ini yang salah bapaknya yang ninggalin Kinan di rumah gue atau gue yang nggak becus ngurus anak itu?
"Om nakal! Balikin kepala Barbie Kinan!"
"Nggak, sebelum kamu beresin mainan yang ada di sofa. Om mau duduk!"
"Nggak mau! Kinan mau main di atas sofa. Om yang pergi aja dari sini!"
"Kalau gitu kepalanya juga nggak Om balikin."
"Aaaahhhhh... Ibuk Alice!"
Kepala gue udah nut-nutan dari tadi. Mereka terus bertengkar semenjak pulang sekolah. Ujung-ujungnya Kinan selalu manggil gue kalau Mas Yilay nggak mau ngalah. Masih tersisa 4 hari 12 jam lagi dia nginep. Tapi rasanya dia udah ada di sini berbulan-bulan. Ini kira-kira tetangga sebelah nggunjingin keluarga gue nggak ya, ribut-ribut kayak gini?
"Mas, udahlah ngalah aja sama anak kecil. Aku dari tadi mau istirahat nggak bisa karena denger suara ribut kalian." tukas gue saat menghampiri mereka di ruang tengah lengkap dengan TV menyala dan mainan berantakan, lagi.
"Mas juga pengen istirahat juga Alice. Biasanya emang Mas suka tidur di sofa sore-sore gini."
Gue mendesah, "Ya udah, kalau gitu Kinan ikut ibuk aja. Ini waktunya buat kamu mandi."
Kinan keliatan kecewa. Dia merengek di depan gue. "Trus kepala Barbie Kinan?" ucapnya sambil nunjuk Mas Yilay dengan kepalan di tangannya.
Mas Yilay yang sadar itu langsung lemparin kepala Barbie itu di atas meja. Dengan ekspresi kesalnya dia bersihin sofa itu sendiri lalu mengambil remot untuk mematikan TV-nya. Sambil duduk dia ngeliatin Kinan dengan seduktif.
"Udah sana mandi!"
Pletak!
Tiba-tiba Kinan melempar boneka Barbie tanpa kepalanya tepat di kepala Mas Yilay.
"Dasar, isshh!" umpat Mas Yilay mengaduh. Kinan menjulurkan lidahnya meledek.
Gue cuma tersenyum kecut pada Mas Yilay. Kayaknya anak ini bener-bener membuatnya kesal. Tapi gue kira dia nggak akan sebandel ini kalau saja Mas Yilay baik sama dia waktu pertama kali ketemu.
Dan tanpa dialog apapun gue menarik tangan Kinan menuju ke kamar mandi. Biarkan anak ini mendinginkan kepalanya dulu.
***
"Ibuk, Kinan mau makan es krim." adu Kinan ke gue saat dia baru selesai menelan sendokan terakhir makan malamnya.
"Anak kecil makan es krim malem-malem, sakit loh!" celetuk Mas Yilay ngambil kesempatan Kinan menanti jawaban gue. Tapi emang bener kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS A VAMPIRE
FanfictionSuami gue bilang dia adalah vampir. Dia bahkan mengaku bahwa telah membunuh nenek. Pria itu juga bilang kalau gue adalah pasangannya yang telah ditakdirkan. Tapi gue nggak bisa percaya begitu saja. Gimana gue bisa percaya, jika dia tiap hari kalunga...