20. Vampire Sense

2.6K 234 99
                                    

👻👻👻

WARNING! :

BIKIN BAPER DAN MEMATIKAN SYARAF HALUS PEMBACA.
PERIKSAKAN DINI JIKA TERJADI CENGAL MENDADAK! LOL :"D

.

.

.

.

.

.


Gue membelai rambut depannya yang udah mulai panjang. Kami sama-sama melempar dan membalas senyuman. Rumah memang sepi tanpa Kinan. Hanya kami berdua yang masih bercengkrama dalam keromantisan yang hangat.

Denting jam perlahan berbunyi selama 12 kali. Tadi Mas Yilay tadi sempet cerita kalau dia akan berubah sementara sesuai dengan jati dirinya.

"Alice!" ucapnya sedikit tertahan.

"Iya?" sahut gue.

"Kamu lihat ada yang berbeda nggak dari Mas?" gue tampak berpikir sambil mengamati wajahnya. Sayangnya dia tetap ganteng di mata gue. Nggak ada yang berubah. Gue menggeleng.

"Serius? Coba tatap mata Mas bener-bener!" suruhnya dan gue pun melakukannya. Mata gue menyipit, memandangnya lebih lekat dan dalam. Cuma...

"Mata Mas agak merah ya? Merah kaya..-"

"Kayak darah." potongnya.

"Seharusnya malam ini Mas keluar buat nyari, yah.. Kamu tahu sendiri kan? Tapi Mas tetep bertahan di sini. Sama kamu. Supaya Mas bisa buktikan omongan Mas selama ini." jelasnya yang membuat gue sedikit tegang sekaligus takut.

"Seharusnya kamu sadar waktu kita ngerayain ulang tahun kamu yang ke-20. Di rumah pohon itu. Sebenernya Mas udah kayak gini. Cuma kamunya yang nggak peka." tambahnya.

Gue tersenyum canggung menyadari hal itu. Waktu itu memang ada kejadian yang sangat konyol dan menyedihkan bagi gue. Gue kehilangan keperawanan gue, sekaligus kehilangan nenek gue. Entah apa sebabnya?

"Jadi bentar lagi kita anniversary pernikahan kita yang ke-5?" tanya gue mencoba menyambungkan.

"Iya." sahutnya.

Raut wajahnya mulai menegang dan itu membuat gue sedikit khawatir. Dia sedikit meremas bantal gue gemas. Dia cuma menggeleng dan asik dengan kesakitannya sendiri.

"Mas nggak papa kan?" tanya gue mencoba memastikan. Gue juga nggak berharap terjadi hal buruk di kelangsungan psikis suami gue. Dia tersiksa.

"Kamu hal terindah yang Mas miliki sekarang. Mas, cuma nggak mau jauh dari kamu, sayang."

Dengan tenaganya yang tersisa dia menyeka anak poni gue dan mencium kening gue sesaat. Jantung gue berdegub. Masih sama seperti pertama kali kami bertemu. Endusan napas Mas Yilay masih terasa di wajah gue.

"Maaf!" ucapnya lirih.

"Huh?" sahut gue yang hampir hanya desahan napas saja. Gue menggeleng.

"Nggak Mas! Bagi aku, Mas nggak ada salahnya. Kita cuma saling memahami saja. Aku nggak akan tahu jadinya kalau Mas nggak ada di si-" bibir gue bungkam.

Sementara gue terdiam dan Mas Yilay cuma bergerak-gerak kecil di ujung rongga saliva gue. Sampai akhirnya gue menuju puncak aliran libido gue. Kepala gue menegak. Gelenyar ini terasa hangat dan geli. Apalagi Mas Yilay mulai menggelitiki gue dengan kecupan-kecupan di leher dan di tulang selangka gue. Desiran darah gue, membuat gue frustasi. Sampai akhirnya Mas Yilay mengecup bibir gue cukup lama.

MY HUSBAND IS A VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang