Bandara Soekarno Hatta. 15.00 WIB.
Hiruk Pikuk siang ini nampaknya sangat di acuhkan oleh setiap orang yang berlalu lalang dibandara. Minggu yang tepat jatuh pada hari libur semester sekolah membuat bandara lantas dipenuhi oleh ribuan kaum manusia yang ingin pergi menjelajah.
Hal itu juga yang dilakukan oleh Audrey. Gadis itu kini baru saja tiba di tanah kelahirannya, Indonesia. Dengan style khas ala anak barat yang ia kenakan, juga model potongan rambut messy dengan warna ungu denim ke abu-abuan menjadi ciri nya sekarang ini.
Audrey kemudian berjalan arah keluar bandara dengan menggeret duakoper biru laut dan abu-abunya nya yang dihiasi dengan beberapa poach menempel disana.
Sesampainya ia di area loby Bandara, ia lantas tersenyum sumringah mengtahui bahwa sudah ada seseorang yang ingin menemuinya.
"Hai!" satu tangan Audrey mengangkat tinggi-tinggi ke atas, memberi isyarat pada temannya dari jarak jauh yang saat ini masih sibuk celingak-celinguk.
"Oh my sistaa.." seru temannya disana sembari mendekap mulut dan berjingkrak rendah ketika matanya menangkap sorot Audrey yang menggeret koper mendekat kearahnya, ia lalu segera memeluk erat-erat Audrey dan dibalas dengan senang hati oleh Audrey sendiri.
"Gila ya gila! gue bener-bener kangen banget sama lo!" histerisnya sambil melepas pelukannya dan digantikan dengan menggenggam kedua bahu Audrey, lalu matanya beralih pada warna rambut Audrey disana.
"Serius Drey, rambut lo berubah lagi? anjir-anjir ini keren banget sumpah. Di California salon gini berapa woy?!" katanya disambut dengan binar bahagia disana.
Audrey hanya bisa berdecak pasrah sambil tersenyum sambil menyingkirkan lembut lengan temannya itu dari kedua pundaknya dan digantikan ia yang sekarang mencubit kedua pipi seseorang dihadapannya ini.
"Lo tuh ya. Sahabat baru balik itu aturan diajak ngopi-ngopi. Lah ini, malah nanya yang enggak-enggak." Ucapnya dengan satu tangan mencengkram erat-erat pipi temannya.
"Drey gilaa sakit. Ish" merasa cubitan di pipi nya semakin kuat, sahabat Audrey yang satu itu dengan segera melepaskan cengkraman dari pipinya, lalu mengusap-usap satu pipinya yang terasa panas dan memerah yang hanya dibalas oleh kekehan dari Audrey.
"Gimana bertahun-tahun sekolah disana? boring gak?" kini, cewek itu beralih mengambil koper Audrey, digeretnya pelan dengan Audrey disampingnya sambil melangkah menuju pintu keluar.
"Makasih lohh..." Audrey hanya membalas dengan menaikan kedua bahunya acuh. Sambil melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir dimana mobil temannya terparkir berada. "Biasa sih, cuma plus nya gue bisa bebas clubing disana." jawabnya enteng.
Tapi minus nya banyak.
"Seriusan? nyokap lo emang gak ngomel tuh?" tanya temannya dengan ekspresi tak percaya.
Audrey tersenyum kecut dengan alis menaik satu, "Pernah?"
"Ya enggak sih, tapi maksudnya Drey, nyo—"
"Dia sibuk nyari papa baru buat gue disana. Kalo lo gak percaya, lo liat aja anak nya gimana hahaahaha." sindirnya untuk dirinya sendiri. Walaupun itu hanya sekedar candaan namun terasa sakit ketika ia ucapkan.
Sedangkan Alsa, satu-satunya sahabat perempuannya selama sebelas tahunnya itu hanya tersenyum kecil memaklumi bagaimana keadaan keluarga sahabatnya ini.
"Oh iya, ngomong-ngomong bokap, lo udah hubungin dia kalo lo mau kesini Drey?" kini Alsa lebih baik mengkesampingkan bahasan itu, dan mengganti topik yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO CARES?
Teen Fiction#WATTYS2019 [SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika yang kalian harapkan adalah ketika seorang laki-laki yang menjadi pusat perhatian bertemu perempuan anggun yang terbuai bujuk gombalnya, maaf, karena ini bukan cerita seperti it...