Bagian ini belum di privat, tapi nanti bakalan di privat😜
Follow dulu sebelum membaca yash!
***
Bukan Audrey namanya jika tak bebal diberitahu bahwa catatan point buruk nya sudah masuk ke angka lima puluh.
Peduli? tentu saja tidak. Mendengar point nya yang menjulang buruk tersebut, Audrey justru semakin terus melancarkan aksinya membuat masalah di sekolah ini.
Apapun ia lakukan asalkan menurutnya itu adalah soal kesenangan.
Seperti sekarang, seharusnya hari ini pelajaran Gegografi ia tekuni, namun dengan entengnya Audrey justru duduk di aula lapangan indoor basket, mengunyah permen karetnya sembari terduduk di barisan kursi disana.
Tak ada alasan lain, selain untuk melihat Lucas dan kawan-kawannya berlatih.
Warasnya, seperti pada umumnya. Seharusnya cewek itu menjunjung rasa gengsi setelah mendapat ciuman pertamanya dari Lucas waktu lalu. Namun, untuk seorang Audrey, rasa itu bukanlah saatnya ia keluarkan untuk Lucas sekarang ini.
Baper? sedikit.
Audrey kini menatap tajam matanya memperhatikan setiap gerak-gerik Lucas bermain basket disana. Kemudian sedikit teringat tentang kejadian masa lalu nya yang akhir-akhir ini selalu terputar di kepalanya, namun itu bukan hal penting sekarang untuk ber-melankolis.
Dari yang Audrey tahu, turnamen basket besar-besaran yang akan diadakan di sekolah nya itu akan terlaksana satu minggu lagi. Jadi, sangat cepat untuk Lucas mendapat izin keluar jam pelajaran untuk alasan berlatih, walau diluar itu sebetulnya ia juga sangat malas untuk belajar. Alibi yang hebat memang.
Audrey sekarang menaru satu kakinya untuk ia tumpukan di kaki nya yang lain. Kepalanya ia tumpukan pada tangan yang bertumpu di kepala kursi sebelahnya. Dengan rambut yang dikuncir sedang dan asal, membuatnya menyisakan banyak anak rambut di sekitar kepalanya, cewek itu terus memperhatikan Lucas bermain hingga akhirnya tanda waktu berakhir telah berbunyi.
"Stoppp... Oke, gue rasa latihan kali ini cukup. Siapin mental untuk hari-H satu minggu lagi. Semangat! Lo pada bisa cabut sekarang"
Lucas memantulkan bola nya keras menghasilkan gema disana. Setelah memberi arahan seperti biasa kala permainan usai, dilepasnya kaus basket bertuliskan L. Mesach dengan nomor punggung sepuluh yang telah berganti menyisakan t-shirt hitam polos yang pas di badannya.
Kemudian cowok itu menoleh ke belakang, berdecak saat matanya bertatap dengan Audrey disana lalu berbalik dan menghampiri.
Audrey menyeringai indah, cewek itu segera bangun, menepas sisi-sisi rok nya kencang dan melipat tangan di dada melihat Lucas menghampiri nya dengan tatapan letih.
"Bagus juga skill lo" Audrey memuji Lucas dengan jujur. Namun dibumbui seringai menyepelekan di wajahnya.
"Ngapain lo disini?" Lucas sebenarnya kali ini tak mau capek-capek berbasa-basi, tetapi ia justru malah mendudukan badannya di kursi samping Audrey yang tadi cewek itu tempati.
Audrey mengangkat satu alisnya, lalu ikut duduk di tempat semula.
"Mau liatin pacar gue"
Sulit dipercaya. Mendengar hal itu Lucas segera menoleh tanpa ragu menelisik mimik wajah Audrey dari samping, melebarkan matanya dan menelan salivanya.
Adakah perempuan segila Audrey yang lain?
"Lo—" Lucas tak sanggup meneruskan kata-katanya. Audrey tersenyum miring, menoleh dari jarak dekat menatap cowok itu seraya mengangguk, "Iya, lo pacar gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO CARES?
Teen Fiction#WATTYS2019 [SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika yang kalian harapkan adalah ketika seorang laki-laki yang menjadi pusat perhatian bertemu perempuan anggun yang terbuai bujuk gombalnya, maaf, karena ini bukan cerita seperti it...