—Karena, entahlah. Sekeras apapun langit menahan dahsyatnya petir, pun, akan tiba saatnya tangisnya akan berkelana mengaungi samudra.
-Who Cares | 35.****
"Rencana Tuhan itu indah ya Ley, gue gak akan tau kabar lo sekarang gimana, andai Tuhan gak nemuin gue sama cowok brengsek di sebelah gue ini,"
"Kalau lo harus tau keadaan gue Ley, gak ada yang berubah. Gue selalu inget kata lo, tentang manusia yang gak pernah kelar sama masalahnya. Itu gue Ley, gue ngerasa Tuhan jahat sama gue, karena masalah gue gak ada abisnya. Setelah nyokap-bokap gue cerai, Amora meninggal, gue mengasingkan diri, nerima kenyataan ditendang di tanah sendiri, Alsa kecelakaan dan kritis, terus elo, bertahun-tahun kita lost, dan ternyata, Tuhan emang sayangnya sama lo doang Ley." Audrey tersenyum tipis, kabut dimatanya semakin lama semakin menebal membuat air mata nya mendadak meluncur seketika, diusapnya sebuah nisan granit berwarna hitam bertuliskan nama lengkap Leo, alias, Marcellio Delvatro dengan lembut.
Sedang disebelahnya, Lucas dengan gerakan lamban merangkul dan mengusap lembut pundak Audrey, membuat tangis perempuan itu semakin deras walau tanpa suara, walaupun dari getaran yang berasal dari pundaknya, Audrey tak bisa berbohong pada Lucas seberapa tertekannya ia sekarang.
"Gue ikhlas Ley, walaupun emang dulu kita kemana-mana selalu bareng, gue udah biasa melepas kepergian kok, gue juga udah doain lo tadi, bareng cowok brengsek ini yang mimpin doanya buat lo, tenang disana ya Ley, setelah hari ini, gue bakal terus datengin makam lo lagi kapan-kapan, biar lo gak susah-susah nahan rindu, hahahaha..." tawa samar mencolos dari bibir lembab Audrey, diselingi kembali dengan air mata dan suara senggukan dari bibirnya.
Audrey lantas mengelus nisan hitam itu kembali, tapi kali ini dengan kecupan lembut dari hidungnya, dan sesudahnya, ia bangun dari bungkungnya, berbarengan dengan Lucas yang melangkah disebelahnya, tanpa suara dari masing-masing pihak.
***
"Gue baru kali ini ngeliat lo selemah itu,"
Lucas bersuara sembari menyalakan mesin mobilnya, sedangkan Audrey, gerakannya terhenti ketika selesai mengenakan seatbelt, dengan tatapan kedua mata berputar."Sorry to say, gue gak selemah yang lo pikirin," tungkasnya dengan tangan mendorong asal scraft hitam yang membalut tipis disekeliling kepalanya kebelakang leher.
"Ah muna, itu, mata lo tuh, gak bisa diajak boong," Lucas balas mengejek sembari mengatur perseneling dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari area pemakaman.
Dan cewek itu, Audrey, dengan sejuta kemunafikan di hidupnya, ia dengan cepat menggeser kaca spion berbentuk persegi panjang yang berada tepat diatas kepalanya untuk ia geser menjadi memperlihatkan matanya, lantas ia perhatikan sesaat, sesekali menyipitkan matanya, dilebarkan untuk diamati, hingga setelah itu, sekepal telapak tangan berhasil menutupi pandangan juga wajahnya yang seketika juga terdorong kebelakang hingga ia terhempas di senderan jok mobil.
"Hey, bangsat!" pekik Audrey lantang, melebarkan matanya menatap Lucas yang tertawa geli karena berhasil meraup seluruh muka Audrey dengan telapak tangannya, "Sumpah lo jelek banget Drey!" Lucas mengedarkan semua tawanya di dalam mobil, dengan pandangan yang tetap fokus pada jalan.
"Lo jangan kaya gitu kek! ini karena faktor mata gue sembab aja makanya jadi kaya muka maling kepergok! Rese!!." Audrey dengan segera melemparkan scarft hitam yang melilit di area pundaknya membentuk buntalab yang kemudian ia lemparkan tepat mengenai muka Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO CARES?
Teen Fiction#WATTYS2019 [SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika yang kalian harapkan adalah ketika seorang laki-laki yang menjadi pusat perhatian bertemu perempuan anggun yang terbuai bujuk gombalnya, maaf, karena ini bukan cerita seperti it...