30. On The Way

113 11 0
                                    

klik bintang!

Audrey mendengus, membuang mukanya ke bawah dengan kaki menendang beberapa sampah puntung rokok yang berserakan disana. Sialnya, seseorang yang tadi memanggil namanya di koridor adalah Lucas, dan sesudahnya dapat ditebak, Lucas membawa Audrey ditempat favoritnya meratapi nasib. Rooftop.

"Lo nyebat sebanyak ini kok gak ngajak gue sih," tanya nya, seakan mengajak Lucas bercanda. Lucas yang mendengar kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Audrey, "Gak usah ngalihin pembicaraan."

Dan Audrey tertawa hambar, ia menyugar rambutnya ke belakang yang terhempas angin di rooftop sekolah, dan menyeringai melihat Lucas yang duduk di sofa buluk tua di hadapannya.

"Siapa yang ngalihin? gue cuma nanya—"

"Jawab aja pertanyaan gue,"

"Loh?" Kedua alis Audrey menyatu dan keningnya berkerut, "Kapan lo ngasih pertanyaan ke gue seriously?"

"Apa lo kecewa?" Tatapan Lucas menatap Audrey lekat yang berjarak dihadapannya, menatap dalam wajah blaster Audrey lamat-lamat. Sejujurnya Lucas tak habis pikir setelah kejadian di gudang beberapa hari yang lalu setelah Najmi membongkar semua nya pada Audrey. Tapi anehnya, cewek itu seperti tak masalah atas apa yang telah ia lakukan untuknya.

Audrey memutar kedua bola matanya, kecewa? atas apa? kelakuan Lucas yang ternyata menjadikan ia sebagai bahan taruhannya? ayolah, ini bukan dirinya sekali. Hal semacam ini sudah pernah ia makan mentah-mentah kemarin. Jelas Audrey sudah kebal dengan sikap Lucas, dan, kenyataannya, niatnya mendekati Lucas pun, karena ia ingin memanas-manasi Rachel, gak lebih.

"Gue? kecewa? Are you fvckin kidding me?" Audrey menatap Lucas jenaka, ia lalu menggelengkan kepalanya, "Kecewa karena sikap lo itu cuma buat gue sia-sia, hal semacam ini dalam hidup gue tuh gak ada artinya, masih banyak yang lebih penting daripada harus ngecewain kelakuan lo." Tandas Audrey, menyenderkan badannya pada pembatas beton rooftop.

Lucas tertawa sebagai balasan ucapan Audrey. Ya, cewek itu benar, masih banyak hal yang lebih penting daripada mementingkan rasa kecewa yang disebabkan karena ulahnya. Dan tanpa sadar, Lucas merasa ingin Audrey bergantung padanya.

"Lagian, sepenting itukah posisi lintasan buat lo? apasih yang lo dapet? uang? hey dude, bukannya duit lo banyak? cewek? sedangkan lo cewek tinggal nunjuk, adakah alasan logis buat hal gak penting kaya gini?" Audrey meluapkan seluruh emosinya dengan berbicara seenak jidat. Emosi kekesalan secuil pun pasti ada pada Audrey untuk Lucas mengingat bagaimana perlakuan Zidni padanya yang ada sangkut pautnya dengan cowok dihadapannya ini.

Lucas berdecih, ia seharusnya sudah bisa menebak akhir pembicaraan ini. Audrey yang tak mau kalah dengan  keras kepala-nya. "Lebih penting dari yang lo sebutin."

Alis Audrey terangkat satu, "Seberapa penting?"

"Apa lo harus banget tau?" Lucas yang semula menunduk kembali menatap Audrey. Cewek itu tanpa mau berlama-lama disana kemudian menghela napasnya dan membuang wajahnya, ia lalu melangkah menuju pintu kecil disana untuk segera keluar.

"Who care's?" Umpatnya acuh tanpa menatap Lucas.

"Sandra nanyain lo," langkah Audrey yang sudah diambang pintu seketika terhenti, ia lalu memutar badan dan menatap punggung Lucas dari belakang.

"Sandra?" alisnya terangkat.

"Adik gue,"

"Gue tau, tanyain gue soal apa?"

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang