9. Warung bang Jen.

192 15 0
                                    

"Lo ngapain disini?"

Audrey refleks tersendak mie instan yang sedang ia nikmati. Ia lantas terbatuk, dan beruntungnya Alif yang berada disampingnya langsung megambili nya teh botol milik Audrey yang langsung cewek itu sedot hingga setengah namun membuat matanya menjadi berair dan sedikit memerah karena tenggorokannya yang panas akibat tersendak kuah pedas dari mie instan.

"Lo gak papa?" Alif kemudian bertanya keadaan Audrey yang menundukan kepalanya dengan napas tersenggah-senggah.

Lucas, cowok yang berhasil membuat Audrey tersendak kemudian hanya diam mematung tak jauh dari meja makan tempat Audrey, Alif dan lainnya duduk disana. Tak lupa, dengan wajah nya yang datar merasa tak bersalah.

"Luke lo gila kali ya, anak orang keselek itu" kata Bagas yang berada di sebrang Audrey.

"Gue gak papa Lif udah" merasa sudah baikan, Audrey pun kemudian meminta Alif untuk meinyingkirkan tangannya dari punggung setelah daritadi mengusap-ngusap punggung Audrey itu.

Audrey mengangkat kepalanya, matanya kini tertuju langsung pada Lucas yang entah kenapa mendengar namanya saja membuat cewek itu sensi. "Lo ngapain liatin Lucas gitu banget deh?" celetuk Daren membuat Audrey menyipitkan matanya.

"Ada masalah?" seperti melupakan kejadian dua hari yang lalu, Lucas bertanya seenak jidat lalu mengambil duduk di sebelah Bagas yang menjadikan temannya itu bergeser digantikan dirinya yang kini berhadapan langsung dengan Audrey yang masih memicingkan mata.

Ada masalah dia bilang? sumpah minta di sleding.

Audrey menggeram. Menahan semburat emosi yang ingin ia keluarkan namun ia cegah dengan cara langsung mengambil napas panjang kemudian menghempaskannya ala meditasi ringan.

"Udah lanjut makan lagi da lu semua" ujar Alif.

"Gimana Luke?" Adit, lelaki yang kini baru tiba sembari membawa dua manguk mi ayam dan duduk di sebelah Daren kemudian mengoper satu mi ayam nya itu pada Lucas  di ujung sana, sembari bertanya mengenai rencana sekolah yang katanya akan melakukan turnamen basket satu bulan lagi.

Lucas menjawab dengan mengangkat kedua bahu nya acuh pertanda tak tahu sembari membuka sumplit bambu dan menggesekannya sebelum menggunakannya.

"Loh kok gak tau?"

"Ya emang gue osis"

"Terus lo tadi darimana aja? gue pikir samperin pak Suryo"

Lucas tidak menjawabnya. Tiga puluh menit sebelum ia menyusul semua teman-temannya ke warkop bang Jen karena semua guru sedang sibuk rapat membahas jadwal UN dan lain-lainnya, ia sempat menemui Disty, mantannya. Mengajaknya ke gedung belakang sekolah dan berbicara empat mata mengenai pertengakarannya dengan Audrey di gudang.

Mengancam bahwa, kalau-kalau ia kepergok mencari gara-gara dengan Audrey lagi, maka Lucas tak akan segan-segan menghabisi Disty. Sekalipun Disty adalah perempuan. Membuat Disty sedikit kikkuk sekaligus takut—di depan Lucas. Dan tentu saja hal itu ia lakukan tanpa Audrey tahu, dan tanpa ia tahu apa alasan sebenarnya juga. Karena Lucas melihat ada yang berbeda dalam diri Audrey ketimbang perempuan lainnya.

Iba? tidak. Bukan rasa iba yang ia rasakan pada Audrey.

"Lo ngapain coba disini" Audrey berujar pada Lucas, dan terdengar oleh Alif, juga semua yang ada disana yang mayoritas laki-laki yang juga satu meja dengannya.

Bagas yang mendengar lantas terkekeh, "Drey, Lucas kan emang sering kesini."

"Tau tempat ini darimana lo?" Lucas tiba-tiba menyahut. Tentu saja hal itu mendapatkan respon berbeda dari teman-temannya lantaran cowok itu sama sekali tidak pernah bertanya hal yang tak penting menurut hidup Lucas yang sangat teman-temannya ketahui, dan bertanya dalam keadaan sedang menyantap makanan. Bukan Lucas sekali.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang