19. Syarat Audrey!

139 11 0
                                    

Audrey memutar bola matanya jengah ketika dirinya telah selesai mengisi lembaran soal ulangan susulan materi pak Diman.

Ia lalu berdiri dari kursi yang terletak diruang guru, membawa kertas itu menuju meja pak Diman dan diletakannya begitu saja.

"Gak sopan kamu ya"

Audrey menarik napas meredam kesal, memutar bola matanya sekali lagi sembari melipat mulut. "Pak yang penting saya udah ulangan." Jawabnya tanpa mau duduk di hadapan pak Diman.

"Walah.... kamu lagi kamu lagi" Audrey jelas menoleh ketika mendengar suara khas milik pak Anwar yang berjalan melalui meja pak Diman. Audrey menatap jengah pak Anwar, membuat pak Anwar yang ingin memberikan map merah ke arah meja bu Rena balik melihat Audrey dengan merenyit sembari menurunkan kacamatanya sepangkal hidung.

"Kamu masih dendam ya sama saya?" katanya medok, khas Jawa sekali pikir Audrey.

Audrey justru mengangkat alis satunya, malas menjawab ucapan pak Anwar dan kembali menunduk melihat ke arah lembarannya yang sedang dikoreksi pak Diman.

"Udah kan pak saya balik. Gerah disini di gibahin mulu" katanya sengaja mengeraskan suara seraya menyindir satu isi ruang guru yang memang sejak kehadirannya dari awal sudah menjadi topik terhangat guru-guru disini untuk dijadikan bahan pembicaraan.

Baru selangkah Audrey mengambil langkahnya, tiba-tiba ujung seragam nya yang memang tidak dimasukan kedalam rok ditarik pak Diman. "Dimana ati-tu-te mu?!"

"Attitude pak. Dibacanya, ey-tit-tut bukan ati-tu-te" Audrey berkata seraya mengoreksi kosa kata Inggris pak Diman yang membuat telinganya sakit.

"Kamu membantah?"

"Enggak" Audrey menggeleng, "Saya cuma ingetin bapak"

Mendengar suara murid yang baru kali ini berani melawannnya, pak Diman menelan salivanya dalam, menatap Audrey penuh emosi dan menarik napas kuat-kuat setelahnya ia mendengus. "Sudah! sana kamu pergi! sekali lagi kamu mengulangi, bapak kasih kamu SP 1"

Audrey mengangguk patuh, tersenyum paksa dan langsung melenglos keluar ruang guru yang lumayan membuat keringatnya meringsut karena ruang guru terlalu adem.

Tanpa mematuhi ucapan pak Diman tentunya.

Setelah keluar ruang guru, nyatanya suasana koridor sudah jauh lebih sepi, mungkin karena bel masuk sudah berbunyi. Audrey melangkahkan kakinya menuju kelas dengan santai, tapi sebelum itu ia lebih melarikan diri ke toilet terlebih dahulu.

Tetapi, setibanya ia didepan pintu toilet perempuan, Audrey menghentikan langkahnya untuk masuk. Setelah tak sengaja ia mendengar suara teriakan dari dalam kamar mandi yang tertutup.

Merenyitkan alisnya, Audrey mencoba menguping suara keras suara gaduh yang berasal dari dalam kamar mandi. Telinganya sibuk mengintuisi, Audrey membelakan matanya ketika mendengar suara-suara tangisan dicampur cemohan yang salah satunya ia hapal bercampur jadi satu.

Tanpa basa-basi, secara paksa ia mendobrak pintu kamar mandi dengan kencang—kebetulan tidak dikunci—membuat tiga orang yang bersender di pintu terdorong kedepan hingga terjungkal.

Audrey mendengus, mendecih menyugar rambutnya dan menatap nyalang Disty di depannya.

Iya, nyatanya sekarang Disty dan sekongkolnya sedang membully adik kelas yang telah tersungkur di lantai dengan baju yang basah dan terus menangis ketakutan.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang