24. 1. Berbagi

128 9 0
                                    

"Udel!"

"Jangan manggil aku Udel!"

"Tapi badan kamu mirip Udel!"

"Kamu ngatain aku gendut?!"

Anak itu menggeleng, "Enggak. Tapi kamu bulet"

"Leooo!" Audrey menghentakan kakinya ditanah berumput, menangis karena kesal Leo meledeknya gendut.

Tangis Audrey semakin menjadi, dan itu membuat Leo ikut panik karena melihat Audrey menangis.

"Udel jangan nangis. Huu huuu" kata Leo, dengan tangan yang terus ia kibas dihadapan Audrey agar temannya itu berhenti menangis.

"MAMAAAAAAA"

"AAA UDEL JANGAN NANGISSS"

Bukan tangis nya yang mereda, namun sekarang, Leo—anak lelaki yang sepantar dengan umur Audrey, justru juga ikut menjerit disusul tangis. Membuat seorang anak kecil disebelah pohon besar yang sedang bermain alat masak-masakan dengan pasir, ikut menangis juga tanpa sebab karena melihat kakak nya dan temannya, menangis.

"Maaaa huaaaa!!!"

"Kok Mola ikut nangis?" tangis Audrey berhenti sesaat ia mendengar Amora juga ikut menangis, Audrey lantas menoleh pada adiknya.

"Atu sediihhhhh huaaa!!!"

Ucap Mora, dengan suara tangis khas anak kecil, disusul kemudian dengan tangis meringis kecil dari Audrey yang memejamkan mata.

"Mola jangan nangis kaya Leoo."

Seperti mendengar suara itu secara nyata, rintihan Audrey yang seperti kesakitan semakin menjadi. Tangannya ia cengkram pada sisi bantal. Meringkuk bak bayi dengan air mata yang menetes deras.

"Aku sakitt—"

Audrey membuka matanya tiba-tiba. Terbangun dari tidur nya dan langsung memposiskan duduk disana. Tatapannya masih sedikit menerawang. Mimpi itu seperti nyata walau terdengar konyol karena ia ikut menangis.

Tapi, mendengar suara Amora disaat mengatakan bahwa adiknya itu sakit, Audrey seperti dibawa pada masa ia harus sendiri menyaksikan detik-detik sekarat kepergian seseorang yang ia cintai.

Audrey berusaha nengontrol dirinya, menghirup napas dalam-dalam dan mengusap wajahnya kasar. Mengambil ponselnya kemudian di nakas, hanya satu nama yang saat ini ia pikirkan untuk ia hubungi disaat jam waktu Indonesia menunjukan pukul dua dinihari.

Mama nya.

"Hallo Audrey?"

Audrey merasa napasnya tertahan. Menelan salivanya kasar sambil memejamkan matanya saat mendengar suara itu kembali.

"Aku mimpi Amora sakit ma,"

Namun, suara kekehan yang kemudian ia dengar sebagai reaksi mama nya di California sana.

"Semua sudah berlalu Drey, kapan kamu pengen memaafkan masa lalu, hm?"

Audrey mengangguk, ia cukup paham ucapan mamanya. Walau ia juga tahu, jawaban itu, lain di mulut, lain di hati.

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang