37. 1. Heart and Hurt

91 8 0
                                        

Kalau seandainya waktu bisa diulang, banyak sekali yang ingin Audrey ubah didunia ini,

1. Tidak membiarkan Mama nya menyetir pada malam itu sehingga Amora tidak akan mengalami kecelakaan dan Asila tak akan memfitnah Mama nya.
2. Tidak membiarkan Orangtua nya berpisah.
3. Lebih dulu mencari kontak Leo dan Alsa agar tidak mengalami lost.
4. Berfikir lebih panjang lagi penyebab Papa nya menyuruh ia kembali ke Indonesia,
5. Dan, tidak mengenal Lucas.

Atau, atau—paling minimnya, menentang keputusan Papa nya agar ia satu Sekolah dengan Rachel.

Audrey mengaku bahwa ia sebodoh itu. Duduk dengan dikelilingi sosok-sosok asing dihadapannya, dan tololnya lagi, hanya ia, satu-satunya orang luar yang tidak tahu menahu pada semua yang terjadi di meja makan malam ini, sebelumnya.

"Nama saya Audrey SeraphineAlfachandra."

Dalam benaknya, Audrey maaih hapal betul seberapa terkejutnya tatapan setiap tamu rumahnya yang memenuhi meja makan ini, termasuk Panji, yang Audrey tahu ternyata adalah Papa dari Lucas.

Sandra melongo tak percaya, Kinanti cukup terpengarah, dan Lucas....., laki-laki disebrangnya ini—oh, atau lebih tepatnya, disebrang Rachel yang posisi cewek itu tepat disebelah dirinya, menampakan wajah amat terkejut.

"Saya lumayan terkejut loh pas tau ternyata Pak Dirga punya anak perempuan tertua,"

Begitu pun kalimat yang dikeluarkan oleh Kinanti tadi. Rasanya, Audrey seperti anak buangan yang sengaja disembunyikan oleh Papa nya sendiri dalam silsilah keluarganya, dan akan dikeluarkan hanya untuk sebagai umpan suatu hal.

"Saya amat setuju jika kita mempererat tali
kebersamaan ini dengan menggabungkan kedua anak kita ya, hahahahahaha," suara Panji menggelegar di meja makan, disusul tawa kecil yang lainnya.

Audrey tertawa miris, menatap malas pada Lucas yang juga menatapnya dengan tatapan datar.

Perjodohan.

Satu kata yang seketika membuat dunia Audrey untuk Lucas menggelap tiba-tiba ketika untuk pertama kalinya kata itu ia dengar satu setengah jam lalu.

Perjodohan. Lucas, Rachel, dan perjodohan.

Audrey mendengus dan membuang muka.

Semua yang ada di meja makan ini nampak menyambut hal ini dengan berbahagia, tapi lain hal dengan dua orang yang bersebrangan saat ini, Lucas yang menatap Audrey lurus, dan Audrey yang seakan-akan mencemooh Lucas karena ia merasa dibodohi selama ini.

Pantas.

Satu kata itu yang mewajarkan selama ini sikap Rachel untuk Lucas, karena mereka sudah terikat dalam hal perjodohan. Bukan lagi dalam hal antar, adik kelas bodoh dan cupu, menaksir dengan kakak kelas.

Itu terlalu klise, dan sayangnya, pemikiran klise itulah yang membuat Audrey seperti membodohi dirinya sendiri, sengaja menarik Lucas dalam zonanya, hanya untuk memancing Rachel. Yang ternyata, ia merasa menjilat ludahnya sendiri. Tanpa sadar Lucas juga melakukan hal demikian.

"Rachel saya lihat adalah anak yang baik, anaknya santun, di sekolah terkenal pintar ya? jadi, saya merasa tidak sia-sia menyetujui menjodohkan anak saya pada Rachel Pak Dirga," Panji tertawa mendengar kalimatnya sendiri.

"Jelas Panji, Rachel adalah anak kebanggaan saya, dan saya rasa juga begitu ketika melihat peluang ini Panji. Kita sama-sama diuntungkan disini, mungkin nanti, saat Lucas lulus kuliah dan menjadi sarjana, pertunangan ini secepatnya bisa kita gelar—"

WHO CARES? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang