Papa.
Plg sklh lgsng plg! nnti malam jamuan makan malam kita dengan keluarganya.Daren
Luke, Zidni mau ke Lintasan.Rahang cowok itu kini mengeras tak kala mendapatkan dua pesan sekaligus yang membuat mood nya seketika hancur berantakan.
Dengan penuh malas melihat pesan dari ayahnya itu, Lucas memutar kedua bola matanya dan menghembuskan napas nya kasar, ia lalu mengantongi ponsel nya di saku celana kembali, melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolah, tempat dimana ia memarkirkan motornya sembari membetulkan ransel hitamnya yang ia sampirkan asal di bahu kanan.
Namun, hal selanjutnya membuat ia lagi-lagi mendengus keras ketika dirinya telah sampai di parkiran. Disana, tepat disamping motornya, ia melihat Rachel telah berdiri menyenderi tangki motornya dengan sibuk memainkan ponsel dan kaki yang saling menepak-nepak tanah beraturan seperti sedang bersenandung.
Lucas dengan terpaksa menghampiri perempuan itu disana, emosinya dengan terpaksa juga ia tahan-tahan. Dalam hati, ia terus mengumpat karena justru orang yang ia harapkan tak kunjung menemuinya saat ini.
"Ngapain lo disini?" Lucas bertanya pada Rachel yang kini tak jauh dari hadapannya.
Rachel yang seperti nya tersentak kemudian mendengak, mengalihkan pandangannya dari ponsel yang kini buru-buru ia kantongi ke dalam saku rok nya.
Cewek itu tersenyum, "Nunggu kamu," ulas nya dengan gembira.
Lucas menaikan satu alisnya dan tatapan malas, "Ga ada kerjaan lain?" tanyanya justru yang mendapat balasan senyuman dari Rachel.
"Bukan," katanya, "Tadi aku kan udah bilang sama kamu aku mau tunggu kamu disini."
"Gue gak suka, mesti gue bilang berapa kali sih?!"
"Tapi ka, nanti—"
"Loh—Lucas.."
Rachel terpaksa memberhentikan ucapannya, ketika sebuah panggilan untuk Lucas membuat ia dan juga si punya nama menoleh ke arah sumber suara yang ternyata adalah Audrey.
Audrey merenyitkan kening bingung ketika tahu Lucas dan Rachel sedang membicarakan sesuatu yang nampaknya serius itu. Ia tak menampik menurut opininya, pasti Rachel sedang memaksa Lucas untuk mengantarkan anak itu pulang. Walaupun opini itu sebenarnya dinyatakan salah.
Lucas menoleh pada Audrey, tak bisa mengelak bahwa ia kini sungguh senang karena Audrey telah datang diantara percapakan Rachel dan dirinya.
Audrey mendekat ke arah mereka berdua, berdiri sejajar disamping Lucas dan menatap Rachel dengan sinis. "Lo ngapain?" katanya agak ketus.
Rachel yang melihat kehadiran Audrey nampak gugup, ada rasanya ia ingin meneruskan ucapannya itu namun otak nya berkata lain. Karena jika ia mengatakan apa yang ingin dia katakan, masalah lain akan muncul nantinya silih berganti.
Akhirnya, kalimat itu ia urungkan dan diganti dengan perkataanya yang lain kepada Lucas, "Kak, tapi kamu mau kan nanti?" ucapnya membuat Audrey semakin tak mengerti dan justru terasa ambigu.
"Mau ngapain emang?" gumam Audrey bergantian melirik Rachel dan cowok disebelahnya.
Lucas yang sepertinya mendengar gumaman itu lekas mengalihkan pembicaraan, "Bukan apa-apa."
"Kak tapi,"
Audrey berdecak "Kayanya gue udah bilang deh gue cewek nya Lucas sekarang, jadi, wahai adik kelas yang sok polos ini, bisa gak pergi?"
Lucas tahu kata-kata Audrey barusan baru saja membuat Rachel tersinggung. Namun, apa yang harus dia lakukan? sedikit terdapat perasaan senang ketika Audrey menghadang Rachel mendekat padanya. Sebut saja ia brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO CARES?
Fiksi Remaja#WATTYS2019 [SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika yang kalian harapkan adalah ketika seorang laki-laki yang menjadi pusat perhatian bertemu perempuan anggun yang terbuai bujuk gombalnya, maaf, karena ini bukan cerita seperti it...